Jokowi Ungguli Mega, Bursa Kandidat Ketua PDIP
JAKARTA, BE - Lembaga Survei Indonesia (LSI), Minggu (25/1) merilis hasil survei yang mengungkap bahwa mayoritas responden menginginkan Joko Widodo menjadi Ketua Umum PDI Perjuangan.
Sebanyak 36,8 persen responden menyatakan Jokowi lebih layak memimpin partai berlambang banteng moncong putih itu. Sedangkan hanya 23,9 persen responden yang menganggap Megawati Soekarnoputri masih layak memimpin partai besutannya.
\"Menurut publik, Megawati sebaiknya tidak lagi mencalonkan diri sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan. Yang tak ingin Mega maju lagi ada 51 persen. Sementara yang mendukung maju hanya 37 persen dan tidak tahu atau tidak menjawab 12 persen,” kata Direktur Riset LSI Hendro Prasetyo, Minggu (25/1) di Jakarta dalam paparannya.
Hendro menyatakan, hasil survei lainnya juga mencatatkan nama-nama lain yang dianggap layak memimpin PDI Perjuangan, meski presentase dukungan masih minim. Mereka adalah Puan Maharani 6,1 persen, Ganjar Pranowo 5,6 persen, Pramono Anung 2,6 persen, Maruarar Sirait 1,5 persen, Tjahjo Kumolo 1,2 persen, nama lainnya 0,3 persen dan tidak menjawab 21,9 persen.
Menurut Hendro, survei ini dilakukan pada 10-18 Januari 2015 dengan melibatkan 1.220 responden di 33 provinsi. Margin of error kurang lebih 2,9 persen.
Pengamat politik dari Universitas Padjadjaran Idil Akbar mengatakan secara objektif, hasil survei tersebut telah menunjukkan keinginan publik supaya terjadi regenerasi dalam kepemimpinan di PDI Perjuangan. “Tapi persoalannya di internal PDIP apakah hal ini bisa diterima? Saya tidak begitu yakin,” katanya saat dihubungi wartawan, Minggu (25/1) menanggapi hasil survei itu.
Menurutnya, Jokowi boleh saja jadi Presiden dan diusung oleh PDI Perjuangan. Namun, bukanlah hal mudah menggeser ketokohan Megawati dari Ketum PDI Perjuangan.
Selain itu, Idil melanjutkan, apakah Jokowi sendiri memiliki rasa percaya diri yang tinggi berhadapan dengan Megawati dalam pencalonan Ketum PDI Perjuangan.
“Itu pun jadi pertanyaan, sebab, ini didasari budaya ewuh pakewuh yang masih melekat kuat dalam kepemimpinan di PDI Perjuangan terutama sekali ketika berhadapan dengan sang ketum sendiri,” katanya.
Dengan kata lain, lanjut dia, sosok Megawati masih menjadi patron yang disegani dan dihormati oleh seluruh komponen internal PDI Perjuangan.
Kemudian, lanjut Idil, apakah dukungan politik oleh DPD-DPD terhadap Jokowi jika menyalonkan diri cukup kuat. Yang tak kalah penting, kata Idil, apakah DPD-DPD PDI Perjuangan memiliki cukup keberanian berbeda dukungan untuk tidak memilih Megawati dalam pencalonan nanti. \"Itu yang masih samar belum terjawab,\" kata Idil.
Jika skenario berdasar survei LSI ini bisa terjadi, kata Idil, itu berarti PDI Perjuangan mulai beranjak menjadi partai yang modern dan tidak tergantung pada satu figur. “Bila skenario menurut survei LSI terwujud, artinya PDI Perjuangan akan menjadi partai modern, atau sedang melangkah ke arah partai modern,\" kata Idil.
Pengamat Politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio juga sependapat. Menurut dia, yang bisa dibaca dari survei LSI masyarakat memang menginginkan perubahan di tubuh PDI Perjuangan. Sebab PDI Perjuangan hingga saat ini memang masih dicitrakan sebagai partai dinasti Soekarno.
\"Apakah Jokowi secara kharisma bisa menandingi Megawati? Di internal PDIP saya rasa belum, Megawati masih diatas Jokowi. Oleh karena itu Jokowi akan sulit bergerak bila cap petugas partai belum dilepas,\" katanya.
Direktur Sinergi Data Indonesia, Barkah Pattimahu mengatakan suara publik menggambarkan keinginan publik tentang adanya regenerasi dalam tubuh PDI Perjuangan. Kemudian, publik menginginkan PDI Perjuangan menjadi partai modern dan partai masa depan.
“Catatan saya ketiga survei tak menggambarkan pemilik suara sah PDIP yakni DPD-DPD baik provinsi maupun kabupaten/kota. Nah point ketigalah yang menentukan ketua umum PDIP tetapi yang lebih penting adalah 2 point awal. Karena 2 point inilah yang menentukan wajah PDIP kedepan,\" kata Barkah. (boy/jpnn)
Bursa Kandidat Ketua Umum PDI Perjuangan versi LSI
1. Joko Widodo (36,8 %) 2. Megawati Soekarnoputri (23,9) 3. Puan Maharani (6,1) 4. Ganjar Pranowo (5,6) 5. Pramono Anung (2,6) 6. Maruarar Sirait (1,5) 7. Tjahjo Kumolo (1,2) 8. Nama lain (0,3) 9. Tidak menjawab (21,9)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: