Perekonomian Bengkulu Melambat
BENGKULU, BE - Bank Indonesia (BI) mencatat, pada tahun 2014 ini pertumbuhan perekonomian Provinsi Bengkulu mengalami perlambatan. Pasalnya pada triwulan IV 2013, pertumbuhan perekonomian naik cukup tinggi, sebesar 7,83 persen (Year on Year (YoY)) dan pada triwulan I 2014 mulai menurun, sebesar 7,13 persen (YoY). Sedangkan pada triwulan II 2014 terus melambat, sebesar 5,86 persen (YoY). Demikian disampaikan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, HM Azhar Achlusyani pada acara pertemuan Forum Koordinasi Ekonomi dan Keuangan Regional (FKEKR) Provinsi Bengkulu dan temu responden BI, di Hotel Santika, kemarin. Azhar juga menegaskan tekanan inflasi mereda dan menunjukkan penurunan menjadi 5,44 persen (YoY) pada Juli 2014, setelah naik tinggi pada akhir 2013. Oleh karena itu, untuk terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menjaga level inflasi yang rendah dan stabil, Azhar mengajak Pemda dan semua pihak melakukan koordinasi dan sharing dalam forum tersebut. \"Kami memandang koordinasi yang baik dimulai dengan adanya diskusi dan saling membagi informasi sesuai dengan kewenangan masing-masing instansi,\" harapnya. Pada FKEKR kedua tersebut, Azhar menyampaikan BI juga mengundang langsung para pelaku usaha sebagai salah satu sumber informasi dan mitra BI dalam tracking kondisi ekonomi terkini. Tujuannya, lanjut Azhar, agar pelaku usaha juga mendapatkan pemahaman dan informasi yang sama mengenai kondisi ekonomi Provinsi Bengkulu, saat ini. \"Dengan pemahaman tersebut, pelaku usaha dapat mengambil keputusan yang baik untuk peningkatan usaha ke depan,\" pungkasnya. Sementara itu, Gubernur Bengkulu yang diwakili oleh Asisten II Pemprov Bengkulu, Ir Edy Waluyo mengapresiasi inisiasi BI menyelenggarakan forum tersebut. Menurutnya, FKEKR tersebut dinilai penting untuk menjaga kestabilan pertumbuhan ekonomi agar tetap sesuai dengan harapan. \"Kita berharap forum ini bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi Bengkulu di tahun-tahun mendatang,\" sampainya. Edy menerangkan, pertumbuhan ekonomi Bengkulu memang perlu untuk dicermati. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi Bengkulu masih didominasi oleh konsumsi, baik rumah tangga maupun pemerintah. Sedangkan porsi investasi pada pembentukan PDRB Provinsi Bengkulu masih relatif kecil di kisaran 10 persen. Selain itu, porsi ekspor netto Provinsi Bengkulu dalam tiga tahun terakhir juga mengalami penurunan. \"Hal ini karena terdapat penurunan ekspor batubara ke mancanegara. Dari sisi sektoral, sektor pertanian masih memiliki porsi paling besar, terutama didorong oleh pertumbuhan subsektor perkebunan,\" sambungnya. Ke depan, kata Edy, sektor industri pengolahan diupayakan meningkat lebih cepat, terutama industri CPO dan karet, mengingat sumber bahan baku tersedia di Bengkulu. Edy menjelaskan, potensi kelapa sawit dan karet di Provinsi Bengkulu cukup besar. Areal perkebunan kelapa sawit di Provinsi Bengkulu mencapai 275 hektar, sedangkan karet sebesar 270 hektar. \"Dengan kata lain, industri pengolahan akan mudah untuk mendapatkan TBS dan getah karet sebagai bahan baku,\" simpulnya. Dibeberkan Edy, potensi lain yang dimiliki Bengkulu adalah sektor pariwisata dan perikanan yang cukup tinggi. Karena itu, Pemda akan merespon semua potensi itu dengan menerapkan sistem pelayanan terpadu satu pintu untuk peningkatan iklim investasi. Sehingga, dengan upaya itu pertumbuhan ekonomi akan bisa dipacu. \"Selain itu, dengan program nasional MP3EI 2015 mendatang juga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di masa yang akan datang,\" pungkasnya. (609)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: