Argentina vs Belgia, Cari Celah Strategi Sabella

Argentina vs Belgia, Cari Celah Strategi Sabella

BRASILIA - Surplus satu gol. Itulah rekor memasukkan dan kemasukan Argentina sejak fase grup hingga babak perempat final Piala Dunia 2014 lalu. Performa yang belum dapat membuktikan bahwa Le Albiceleste merupakan tim calon kuat peraih satu tempat di laga final 13 Juli mendatang.

Bandingkan dengan pencapaian yang sama empat tahun silam di Afsel. Sebelum sampai di babak perempat final, rekor agresivitas Argentina jauh lebih baik dengan memasukkan 10 gol dan kemasukan dua gol! Dengan perbandingan statistik itu, Argentina tahun ini jelas masih punya banyak celah.

Celah itulah yang akan coba dimanfaatkan oleh Belgia dalam babak perempat final Piala Dunia 2014 di Estadio Nacional Mane Garrincha, Brasilia, malam nanti. Keseimbangan permainan antara menyerang dan bertahan harus menjadi fokus utama pelatih Alejandro Sabella.

Apalagi, pertahanan tim Tango nanti bakal kehilangan salah satu pilar penting, Marcos Rojo. Bek Sporting itu harus absen lantaran terkena hukuman akumulasi kartu kuning. Sebagai penggantinya, kemungkinan besar nama bek gaek Jose Maria Basanta dipercaya masuk dalam line up untuk kali pertama.

Untuk mereduksi mampatnya serangan dengan Messipendencia, Sabella seperti yang diberitakan di FourFourTwo bakal memainkan strategi lebih menyerang. Bukan lagi dengan pola 4-3-3, melainkan menambah barisan penyerangnya dengan pola 4-2-3-1 dan menempatkan Messi sebagai second striker di belakang Gonzalo Higuain.

Perubahan itu jelas menjadi langkah konkret Sabella menanggapi banyaknya isu miring terkait performa anak asuhnya.

\"Karena mimpi kami saat ini adalah bagaimana bermain untuk setiap laga selanjutnya, dan mencoba mengejar semifinal. Kami tidak melihat apa yang ada di baliknya,\" ujar Sabella kepada AFP.

Menurutnya, perbaikan performa sudah terlihat ketika anak asuhnya mampu melangkah ke babak 16 Besar. Walaupun, begitu menghadapi Swiss di babak 16 Besar mereka sedikit kesulitan membuat gol pembeda. Sabella menyebutnya sebagai proses menuju ke arah penyempurnaan timnya.

Menanggapi agresivitas timnya, Sabella menganggap masih ada waktu untuk mengasah lini depannya. Targetnya, mengakhiri perjuangan di Brasil dengan mengoleksi lebih dari sepuluh gol.

\"Lihat saja ketika kami lawan Nigeria, kami pasti mampu membuat banyak peluang, itu harus ditingkatkan lagi,\" klaimnya.

Absennya Rojo bisa membuat celah di sisi kiri pertahanan Argentina. Basanta sebagai pengganti sementara ini baru tampil 15 menit. Padahal, di sisi itu, Argentina dituntut untuk menahan gempuran Belgia lewat Dries Mertens.

\"Rojo memang sangat bagus, tapi kami memberikan kepercayaan yang sama kepada Basanta,\" imbuhnya.

Lolos ke semifinal bisa menjadi pencapaian tertinggi Argentina sejak menjadi runner up di Italia 1990. Makanya, mau tidak mau permainan Argentina harus lebih baik. Jika tidak, maka bersiap saja merelakan sejarah diukir tim lawan. Seperti Belgia yang bisa menang atas Argentina pertama kali di Camp Nou, 1982 silam.

Memori manis Belgia atas Argentina itulah yang bakal menjadi pemompa semangat tim asuhan Marc Wilmots membuat sejarah. Kala itu, satu-satunya gol Erwin Vandenbergh sudah mampu memberikan sedikit noda Argentina yang pada edisi sebelumnya menjadi juara.

Kekurang beruntungannya saat melawan tim-tim Amerika Latin coba untuk ditepis oleh Wilmots. \"Yang harus kami lakukan bisa saja harus beradaptasi dulu dengan permainan Argentina. Namun, ada satu yang menarik, bagaimana caranya mereka yang beradaptasi dengan permainan kami,\" tuturnya kepada Associated Press.

Kehilangan Anthony-Vanden Borre yang terkena cedera sudah tidak dipersoalkan lagi. Di posisi itu sudah ada Toby Alderweireld yang mampu bermain apik ketika Belgia dapat mengalahkan AS di babak 16 Besar lewat ekstra time. Makanya, ancaman berbahaya siap dihadirkan Vincent Kompany dkk.

Wilmots mengakui keunggulan Argentina dengan beberapa pemain yang merumput di kompetisi Eropa. Meski demikian, Wilmots sudah mengantongi beberapa kelemahan dari sisi permainan Messi dkk sejak fase grup.

\"Mereka punya Di Maria, Lavezzi, Higuan dan Messi. Tapi, kami melihat ada kelemahan dalam keseimbangan tim, itulah persoalan mereka,\" tegasnya.(ren)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: