Pekerja Keras dan Pantang Menyerah
Mengenal Lebih Dekat Sosok Ichwan Yunus CPA MM (1) Jelang Pemilihan Gubernur Bengkulu nama-nama kandidat yang memiliki kans untuk bertarung di level Provinsi Bengkulu tersebut mulai bermunculan. Salah satu nama yang kerap disebut adalah Ichwan Yunus CPA MM. Pria yang menjabat Bupati Mukomuko dua periode itu dinilai sukses membawa kemajuan Kabupaten Mukomuko dengan berbagai penghargaan. Yang paling mencolok adalah kabupaten ini menjadi satu-satunya daerah yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) selama enam kali berturut-turut dalam penggelolaan keuangan dari BPK RI. Ichwan Yunus memang memiliki tangan dingin dalam kepemimpinan. Ia lahir pada tanggal 2 Februari 1940, anak kedua dari lima bersaudara. Ichwan adalah anak laki–laki satu-satunya. Memasuki usia yang ke tujuh tahun, Ichwan mulai menempuh pendidikan dasar formalnya pada Sekolah Rakyat (SR) di kampung halamannya sendiri, yang merupakan satu-satunya sekolah dasar di desa Mukomuko ketika itu. Sekolah tersebut terletak di lokasi SMPN I saat ini. Setelah lulus SR Ichwan berencana untuk melanjutkan studynya di Bengkulu. Sebelum ujian SR Ichwan sudah pernah mengemukakan niatnya untuk melanjutkan study kepada orang tuanya, dan orang tuanya ketika itu tidak mengizinkan dan tidak juga melarang dengan catatan jika nanti ia melanjutkan studinya maka ia harus siap prihatin karena keterbatasan keuangan orang tuanya. Pada tahun 1953 Ichwan berangkat ke Bengkulu bersama beberapa temannya. Setiba di Bengkulu Ichwan langsung menuju ke rumah familinya yang bernama Nurbaini. Di sana ia bukan hanya bersekolah melainkan juga menjadi pembantu rumah tangga di rumah bibinya. Setelah beberapa hari istirahat barulah Ichwan mendatangi Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) dan selama empat tahun berada di Bengkulu seiring dengan bertambahnya usia pengalaman dan ilmu pengetahuan dan lulus dari SMEP dia melanjutkan Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) di Palembang. Dan di sana ia sering dibiayai sekolah dengan bibinya di Prabumulih. Dengan berjalannya waktu setelah menyelesaikan dengan baik Sekolah Menengah Ekonomi Atas, bukannya ia merasakan puas tetapi sebaliknya semakin bertambah ilmu pengetahuannya semakin kuat pula keinginan untuk tetap belajar dan belajar lagi. Di satu sisi keinginan untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi masih sangat kuat. Namun ia juga sadar biaya memasuki perguruan tinggi sangatlah mahal sedangkan ia dan keluarganya tidak mungkin mampu menyediakan dana itu. Kalaupun mampu untuk memasukinya Ichwan khawatir akan putus di tengah jalan, tidak ada pilihan lain bagi Ichwan ketika itu kecuali ia harus bekerja. Atas kebaikan bapak kostnya Ichwan diberi referensi untuk bekerja di Bank Sriwijaya karena Direktur Bank adalah sahabat baiknya dan akhirnya Ichwan diterima dan mulai bekerja pada bank milik daerah ini pada tahun 1960. Belum lama bekerja di Bank, ia dibebani pekerjaan pembukuan Persatuan Sarjana Hukum Indonesia karena mungkin pekerjaan ini dianggap berat dan memerlukan waktu serta konsentrasi ekstra, maka Ichwan diberi waktu dua hari, dan selama itu pula ia diizinkan tidak masuk kantor sampai pekerjaan itu selesai. Pekerjaan yang diberi waktu dua hari itu dapat dirampungkan dengan baik oleh Ichwan dalam tempo empat jam saja. Mengundang decak kagum bagi petinggi-petinggi dan karyawan Bank Sriwijaya. Tidak hanya itu, prestasi mengagumkan ini sampai pula ke telinga direktur utama sehingga suatu saat Ichwan dipanggil menghadapnya dan Ichwan diberi memo untuk menghadap Direktur Bank Tani dan Nelayan (sekarang Bank BRI ) untuk bekerja sekaligus mendapatkan jatah sekolah staf Bank. Keesokan harinya setelah Ichwan mempersiapkan berbagai perlengkapan administrasi yang dibutuhkan, berpakaian bersih dan rapi didorong dengan rasa percaya diri menuju lokasi dimana Bank Tani dan Nelayan berada. Karena membawa memo dari Dirut Bank Sriwijaya maka tidak ada kesulitan baginya, bahkan disambut baik dan diantarkan menemui Direktur. Tapi apa hendak dikata dengan sangat menyesal tidak bermaksud mengecewakan Dirut Bank Sriwijaya dan Ichwan. Dirut harus jujur mengatakan bahwa lamaran yang dimaksudkan sudah terisi oleh orang lain, dengan hati kecewa karena sesuatu yang diharapkan tidak tercapai, akan tetapi ia juga bukan tipe laki-laki cengeng yang menyesal dan meratapi kegagalannya. Selain itu Ichwan melaporkan hasil pertemuannya dengan salah satu direktur Bank Tani dan Nelayan itu kepada direktur Bank Sriwijaya. Dan selanjutnya ia langsung bekerja sebagaimana biasanya. Karena keinginannya untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi sangat kuat, akhirnya Ichwan memutuskan untuk berhenti bekerja di Bank Sriwijaya dan memulai kuliah di Universitas Sang Hiyang Sakarti Palembang yang sekarang dikenal dengan Universitas Sriwijaya (UNSRI). Setelah berjalan satu semester, Ichwan merasakan kesulitan biaya sekolah ditengah-tengah kesulitan itu Ichwan membeca surat kabar Sinar Harapan yang disodorkan oleh bapak kost nya, disana ada pengumuman penerimaan kursus jabatan pembantu akuntan bagi alumni SMEA yang mempunyai nilai ijazah rata-rata tujuh dan bagi yang lulus administrasi akan mendapatkan beasiswa penuh dari pemerintah. Kemudian ia pun mengikuti seleksi tersebut. Meskipun betapa bulatnya tekad, kerasnya keinginan dan tingginya rasa percaya diri, ia tetap rendah hati. Komaruddin adalah tempat kosnya selama ini ia mengadu, bertukar pikiran, meminta saran, pendapat dan pertolongan yang tidak akan dilupakannya. Tidak terasa saat – saat yang dinanti itu akhirnya tiba, surat pemberitahuan tentang hasil seleksi administrasi sudah ditangannya dan ia dinyatakan lulus sebagai peserta kursus. Hal yang paling membanggakan adalah satu – satunya yang diluluskan sebagai peserta kursus dari sekian banyak pelamar dari Palembang. Namun, Ichwan tidak merasakan kegembiraan, tapi teman teman ibu dan bapak kosnya juga merasa senang. Dan kemudian Ichwan berangkat berangkat ke Bandung. Pagi hari setelah bangun dari tempat tidur Ichwan segera mandi dan berpakaian rapi kemudian meninggalkan hotel dan menuju sekretariat penyelenggara kursus. Disaat melapor dan meregistrasi itulah darah dan watak orang Sumaetra Ichwan langsung diuji oleh sikap dan kata-kata sekretaris penyelenggara kursus yang tidak bersahabat, bahkan terkesan melecehkan. “Apa iya orang seperti anda ini mampu mengikuti kursus Jabatan Pembantu Akuntan, dari segi performance saja tidak meyakinkan, biasanya orang dari Sumatera nilainya direkayasa” katanya. Tapi Ichwan tidak mempedulikan kata-kata itu, walaupun sebenarnya telinga Ichwan panas mendengarnya. Setelah mengikuti kursus akhirnya keluar pengumuman hasil ujian dan semuanya lulus dan mendapatkan Ijazah Tata Buku B. Dengan demikian kursus yang semula dijadwalkan selama sembilan bulan tersebut hanya ditempuh oleh Ichwan dan beberapa kawan-kawan nya dalam waktu tiga bulan. Sedangkan kawan-kawan lain harus menunggu enam bulan lagi. Setelah lulus Ichwan dipekerjakan dan mendapat tugas memeriksa pembukuan beberapa perusahaan besar, salah satunya Kimia Farma. Mulai itulah Ichwan memetik dan merasakan betapa manisnya buah kesungguhan, keuletan dan keprihatinan yang sejak kecil ia tanam dan jaga. Dulu ia selalu melayani majikannya terutama ketika di Bengkulu dan Palembang karena untuk memenuhi kebutuhan hidup dan sekolah, tapi kini ia mengenal bagaimana rasanya dilayani. Setelah enam bulan berlalu SK pengangkatan Ichwan menjadi Pegawai Negeri Departemen Keuangan telah diterima. Dengan demikian resmilah ia menjadi Pegawai yang ditempatkan pertama kalinya di Kantor Akuntan Negara di Jakarta. Ia ditugaskan untuk memeriksa dan sekaligus membina pembukuan keuangan Instansi dan Badan Usaha Milik Negara. Salah satunya yang tergolong besar adalah Bulog. Belum lagi genap satu tahun bekerja ia melanjutkan studinya ke Akademi Jabatan Ajun Akuntan di Bandung tempat dulu ia kursus. Pada tahun 1963 dan selama dua tahun ia bekerja keras sehingga ia mendapatkan hasil yang memuaskan dan ia lulus ujian, namanya tercantum dalam dua orang dari dua ratus lebih peserta ujian. Dan sampai akhirnya Ichwan di tugaskan di Medan Sumatera Utara. Ichwan sebagai seorang profesional muda yang familiar dan mudah bergaul. Kemudian Ichwan menikah dan nama istrinya adalah Rosna dari Mukomuko juga.(900/adv)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: