Target Meleset, Jokowi Salahkan Caleg
JAKARTA, BE - Calon presiden (capres) dari PDI Perjuangan, Joko Widodo menyalahkan kinerja calon anggota legislatif (caleg) atas kegagalan partainya meraih perolehan suara. Menurutnya, para calon legislator itu tidak mampu memasarkan diri mereka ke konstituen. \"Caleg harus bisa menjual. Menjual produknya, produknya macam-macam. Bisa dirinya sendiri, programnya, mungkin capresnya. Itu marketing politik yang harus dilakukan di darat,\" kata Jokowi kepada wartawan di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (10/4). Gubernur DKI Jakarta ini mengatakan, pada dasarnya pemilu legislatif adalah ajang pertarungan antar caleg. Mereka juga yang berkomunikasi langsung dengan konstituen. Karenanya, lanjut Jokowi, nasib perolehan suara partai bergantung di tangan para caleg. \"Yang jumlah 6.600 itu bertarung di bawah, mereka punya ruang-ruang kecil, yang sudah dikuasai mereka. Nah ruang-ruang itu mungkin TPS, RT, RW, jadi itu,\" ujarnya. Selain caleg, kurangnya sosialisasi melalui iklan media massa juga dianggapnya berkontribusi mengurangi suara PDIP. Jokowi beralasan, partainya kalah start dalam hal iklan. \"Iklan ini kita hanya berapa hari? Tiga hari. Yang lain itu sudah tiga tahun, 5 tahun, 10 tahun. Marketing politik kita kalah dengan yang lain karena 3 hari, bukan karena duitnya lho ya,\" tandas mantan Wali Kota Surakarta ini. Seperti diketahui, berdasarkan hasil hitung cepat lembaga survei, PDIP mendapat suara 19,5 persen. Hasil ini jauh di bawah target 27 persen yang dipatok oleh partai banteng moncong putih tersebut. Menanggapi pemberitaan yang masif itu pengamat Politik Ari Dwipayana menilai saat ini ada gerakan kampanye negatif yang ingin men-downgrade sosok capres Jokowi. \"Kampanye itu seperti punya skenario untuk memecah PDIP dengan mendorong ketidakpuasan internal (PDIP) pada Jokowi karena dia tidak punya efek ke partai,\" kata Ari Dwipayana Kamis (10/4). Kata Ari, sebenarnya Jokowi punya elektabilitas yang sangat tinggi sebagai capres, yakni 40-50 persen. Kata dia, pemilih Jokowi adalah pemilih lintas partai. Nah, karena sebelum pileg Jokowi kerap diberitakan negatif, maka itu perpengaruh memperbanyak sikap antipartai dan antipileg. Hasilnya, golput di pileg 2014 semakin banyak, yakni mencapai 35 persen. Selain itu, penyebab Jokowi tak begitu memiliki efek di pileg disebabkan karena waktu yang digunakan oleh PDIP untuk mensosialisasikan Joko Widodo (Jokowi) sebagai capres juga terlalu singkat. Dia lantas membandingkan dengan yang dilakukan Capres Gerindra Prabowo Subianto. Sosok mantan Danjen Kopassus itu memang mendongkrak perolehan suara Gerindra lantaran dia sudah mensosialisaikan sebagai capres sejak 2,5 tahun lalu. \"Jokowi kan baru disosialisasikan dua minggu sebelum pileg,\" ujar pengamat politik UGM ini. Tapi menurut Ari pada pilpres nanti akan banyak bermunculan dukungan dari pemilih non loyal partai. Karena itu dia percaya pemilih Jokowi tetap banyak. \"Berbagai survei menunjukkan pendukung Jokowi justru berasal dari partai di luar PDIP, ini disebut split ticket voting,\" ujarnya. (mas/jpnn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: