Petani Karet Mengeluh

Petani Karet Mengeluh

BINTUHAN,BE- Saat ini banyak warga  berasumsi bahwa pemerintah belum bisa menyesuaikan harga hasil perkebunan warga dengan harga sembako. Salah satunya hasil perkebunan karet dan BBM jenis premium. Seperti  diakui petani kebun karet Rahima (38) yang merupakan warga Tanjung Bunga Kabupaten Kaur mengakui jika hasil kebunnya tidak sebanding dengan harga Sembako. \"Untuk harga Sembako seperti minyak goreng, tepung, susu, gula dan sebagainya saat ini harganya semakin meningkat. Ditambah lagi dengan harga BBM yang naiknya 50 persen seperti BBM jenis premium meningkat dengan harga Rp 6.500 per liternya. Harganya begitu jauh selisihnya ini sangat tidak seimbang dan memberatkan para petani dan pekebun,\" ujarnya. Dikatakan Rahima, jika saat ini harga getah karet masih dikatakan rendah meskipun sudah mengalami kenaikan dari harga sebelumnya Rp 6.000 menjadi Rp 8.000 perkilogram. \"Sekarang harga getah karet memang sudah meningkat dari harga sebelumnya Rp 6 ribu menjadi Rp 8 ribu. Tapi ini masih belum seimbang dengan kenaikan harga barang yang semakin hari semakin mahal,”keluhnya. Hal senada juga diungkapkan Ardi (33) warga Kecamatan Maje ia mengakui jika  hasil kebun saat ini sangat jauh dengan harga sembako. Seperti karet kalau sudah lama  harga getah karet yang dialami para pekebun karet menurun. Hal ini tentunya menjadi pertanyaan pekebun.  \"Dulu harga getah karet pernah mencapai Rp 13 ribu per kilo. Tapi sekarang dan bahkan sudah lama harga getah karet tidak menglami peningkatan. Tapi mau gimana lagi, kita Cuma penjual,”ujarnya.(618)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: