Investor Domestik Profit Taking

Investor Domestik Profit Taking

JAKARTA  - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) awal pekan gagal menguji level psikologis 4.500. Pada penutupan perdagangan kemarin indeks turun 15,917 poin (0,356 persen) ke level 4.450,748 dan indeks LQ45 turun 3,22 poin (0,43 persen) ke level 747,83.

Indeks sempat menguat lebih dari setengah persen sejak dibuka perdagangan kemarin sampai dengan penutupan tengah hari. Namun mulai sesi kedua sampai jelang penutupan pergerakan berangsur melemah dan akhirnya masuk zona merah.

Frekuensi transaksi perdagangan kemarin mencapai 237.221 kali dengan volume mencapai 4,508 miliar saham senilai Rp 5,330 triliun. Sebanyak 129 saham naik, sebanyak 163 saham turun, dan 200 saham tidak mengalami perubahan harga.

Investor asing masih melanjutkan aksi beli dengan mencatatkan pembelian bersih (foreign net buy) senilai Rp 841,6 miliar. Maka aksi profit taking kemarin terutama dilakukan investor domestic. Sementara itu nilai tukar Rupiah tercatat menguat ke level 12.166 per dolar Amerika Serikat (USD) dibandingkan 12.176 per USD pada penutupan hari sebelumnya (kurs tengah BI).

Tim riset Valbury Asia Securities menyatakan saat ini pemerintah Indonesia tengah berupaya mengakhiri ketergantungan terhadap sumber daya alam untuk kebaikan masa depan Indonesia. Artinya Indonesia tengah berusaha untuk lebih merata ke berbagai sektor.

\"Karena tidak sedikit negara berkembang di dunia gagal meraih status negara maju karena penggerak ekonomi hanya ditopang dari satu sektor saja,\" ungkap tim riset yang diketuai Head of Research, Alfiansyah, itu.

Pihaknya sepakat dengan pemikiran menteri keuangan, Chatib Basri, bahwa Indonesia harus mengakhiri ketergantungannya terhadap produksi sumber daya alam serta meninggalkan rezim upah buruh rendah.

\"Sisi lainya, Bank Indonesia (BI) optimistis dengan kondisi ekonomi Indonesia. BI menilai, kondisi fundamental ekonomi hingga kini berada dalam kondisi cukup kuat,\" terusnya. Sementara itu, sentimen eksternal setelah otoritas AS memastikan jalur kebijakan pengurangan stimulus, kini mulai mengalir arah kebijakan dengan mengutak-atik suku bunga acuan The Fed.

Kendati masih dalam wacana dan mulai muncul kontra pendapat kalangan pejabat The Fed itu sendiri, menurutnya, setidaknya bisa menganggu pergerakan indeks bursa setempat dan pada akhirnya berdampak terhadap indeks bursa kawasan lainnya termasuk IHSG.

Senior Research PT HD Capital, Yuganur Wijanarko, mengatakan perhatian investor memang mulai menuju ke rencana pengumuman suku bunga acuan terutama yang akan diumumkan oleh BI yang dijadwalkan Kamis ini.

\"Walaupun sering kejadian IHSG naik minor akibat imbas regional namun pada dasarnya kita melihat potensi untuk naiknya BI rate lagi,\" ungkapnya, kemarin. Kenaikan BI rate dinilai dapat menahan momentum kenaikan IHSG. Namun pihaknya merekomendasikan saham Crude Palm Oil (CPO) sebagai salah satu pertimbangan karena ada potensi breakout dari konsolidasi secara sektoral. Pada perdagangan hari ini Yuganur memerkirakan indeks akan bergerak di kisaran support pada rentang 4.450 - 4.340 - 4.270 dan resistance di rentang 4.574 - 4.4650. Bursa di Asia pada penutupan perdagangan kemarin mayoritas menguat; indeks Straits Times naik 4,06 poin (0,13 persen) ke level 3.017,20. Indeks Nikkei 225 melesat 255,93 poin (1,77 persen) ke level 14.718,34. Indeks Hang Seng turun 57,59 poin (0,27 persen) ke level 21.579,26. Indeks Composite Shanghai melonjak 41,57 poin (2,03 persen) ke level 2.086,07. (gen)

Rekomendasi: BW Plantation (BWPT); closed 1.265. buy 1.270. target 1.360 London Sumatra (LSIP); closed 1.750. buy 1.740. target 1.835 Sampoerna Agro (SGRO); closed 1.835. buy 1.805. target 1.900 Bumi Resources (BUMI); closed 306. buy 306. Target 330\"

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: