Kronologis Penangkapan Teroris Pengincar Dolly
SURABAYA - Warga Kota Surabaya sepertinya harus meningkatkan kewaspadaan terhadap serangan terorisme. Sebab, penangkapan terduga teroris yang dilakukan Densus 88 Senin (20/1) malam di kawasan Kedung Cowek menunjukkan bahwa para pelaku sudah menjadikan Kota Pahlawan sebagai sasaran serangan.
Nah, dari data yang dihimpun Jawa Pos, penangkapan dua pelaku dilakukan setelah petugas gabungan dari Densus 88 dan Polda Jatim menguntit selama dua hari. Selama sebulan terakhir pelaku mengitari Surabaya dan mengincar sejumlah tempat menjadi sasaran teror. Dari penguntitan itu, akhirnya petugas berusaha menangkap keduanya yang sedang melintas di Jalan Kedung Cowek. Tahu akan ditangkap, keduanya berusaha kabur dengan memacu sepeda motor. Namun, petugas berhasil menghentikan mereka di depan sebuah SPBU di Kedung Cowek. Petugas sangat berhati-hati ketika hendak meringkus kedua tersangka itu. Sebab, mereka membawa tas gendong warna coklat. Setelah diperiksa, isinya adalah golok dan pisau. \"Tidak ada baku tembak. Mereka ditangkap hidup-hidup,\" kata Kapolda. Bom yang ditemukan petugas bentuknya sama dengan yang dibuat kebanyakan. Yaitu, tabung besi sepanjang 30 centimeter dan diameter 5 centimeter. Isinya paku disusun tiga tingkat yang direkatkan dengan lakban dan diisi dengan bahan peledak. Benda tersebut dihubungkan dengan saklar dan timer. Dari kedua benda itulah, bom itu dikendalikan untuk diledakkan. Setelah ditangkap, polisi lantas menggeledah rumah yang ditinggali Abdul Majid. Sejumlah barang bukti diamankan.
Antara lain, bendera jihad warna hitam bertuliskan huruf Arab, tas punggung, kaus, tiga buah HP, charger, banteri, timer dari jam digital, rangkaian elektronik, saklar, transistor, lampu LED 5 buah, sumbu api 1 plastik, paku panjang 5 cm dan sejumlah barang bukti lain. Di dalam rumah tersebut polisi juga menemukan rakitan bom setengah jadi. Sejumlah paku sudah dipasang ditabung. Unggung menambahkan, dua terduga teroris sudah diamankan. Dia memastikan bahwa mereka adalah jaringan Poso. Dari pemeriksaan, sasaran kedua terduga itu adalah pos polisi. Mereka menunggu lengahnya polisi di malam hari. Kabirohumas Polri Boy Rafli Amar menjelaskan, kedua pelaku diduga anggota jaringan Santoso. Bahkan, Isnaini pernah mengikuti pelatihan di Poso, Sulawesi Tengah, pada Desember 2013. Dia diduga berniat merencanakan pengeboman dan penyerangan menggunakan senjata tajam terhadap polisi. Sasaran yang dijadikan target pengeboman adalah tempat hiburan serta pos polisi. Di antaranya adalah pos polisi Keputih, Perak, tempat hiburan THR, lokalisasi Dolly, serta sejumlah tempat hiburan lain di Surabaya. (dod/eko/zuk/mas)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: