Golput Menyengsarakan

Golput Menyengsarakan

BENGKULU, BE - Kecenderungan semakin membesarnya angka golongan putih (golput) dalam pemilihan umum (pemilu) membuat prihatin sejumlah komintas. Seperti disampaikan Ketua Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) Bengkulu, Muamar SH, pilihan untuk tidak memilih dalam pemilu tidak akan membuat kondisi rakyat semakin membaik. Sebaliknya, menurut dia, golput justru menyengsarakan. \"Politik ini menentukan apakah kita akan hidup sejahtera atau sengsara. Kita akan sejahtera kalau kita berpartisipasi di dalamnya, entah secara aktif atau sekedar memilih, orang-orang yang memang serius memikirkan kesejahteraan rakyat secara umum. Kalau kita bersikap golput, sementara pemilu tetap melahirkan sejumlah anggota di parlemen yang kita tidak kenal dan kita tidak mengerti mereka siapa, mereka justru akan membawa kesengsaraan dengan tidak serius bekerja di parlemen,\" ujarnya saat dijumpai, kemarin. Dijelaskannya, fenomena politik yang terlihat selama ini justru memperlihatkan kecenderungan tersebut. Ia mencontohkan, sejumlah keterpilihan anggota parlemen saat ini berasal dari orang-orang yang tidak memiliki program kongkrit serta solusi yang memadai untuk mengeluarkan rakyat dari kesengsaraan. \"Orang-orang yang justru serius memperjuangkan rakyat malah tidak terpilih. Mereka kalah popoler dan akhirnya tidak bisa memberikan bakti mereka untuk memperjuangkan rakyat secara nyata dikursi parlemen. Padahal kalau suara golput bisa diberikan kepada mereka, negara kita ini pasti bisa berubah,\" tukasnya. Selain golput, ia juga menyoroti masalah maraknya penggunaan politik transaksional atau politik bagi-bagi uang sebagai fenomena yang sama buruknya dengan golput. Bahkan, bagi dia, politik transaksional jauh lebih buruk daripada golput. \"Ini kan semua berawal dari tingginya apatisme rakyat terhadap hiruk pikuk politik. Karena banyak yang enggan memilih, akhirnya diberikanlah sejumlah uang supaya mereka mau berangkat ke TPS (tempat pemungutan suara) untuk memilih. Fenomena semacam ini jauh lebih buruk daripada golput itu sendiri,\" ungkapnya. Keprihatinan yang sama juga disampaikan Ketua DPD Tunas Indonesia Raya (Tidar) Provinsi Bengkulu, Endang Filian AMd. Ia mengatakan, berangkat dari keprihatinan ini, pihaknya telah menjalankan sejumlah program untuk menekan tingginya angka golput ini. \"Misalnya beberapa saat yang lalu kita telah mengadakan seminar untuk pemilih pemula. Karena rata-rata golput ini kan berasal dari pemilih pemula. Mereka kita berikan pemahaman bahwa suara mereka sangat diperlukan guna kemajuan demokrasi,\" ucapnya. Sementara itu, Wakil Ketua DPD Gerindra Provinsi Bengkulu ini berujar, golput juga tidak terlepas dari adanya kejenuhan rakyat terhadap politik. Pasalnya, harapan rakyat akan perubahan kehidupan dari yang tadinya buruk menjadi baik jarang diakomodir oleh para politisi yang terpilih sebagai wakil-wakil rakyat. \"Nah, dalam setiap kesempatan, kita berikan pemahaman kepada mereka bahwa kita memiliki visi yang jelas. Para caleg kita berkomitmen untuk membawa perubahan yang diidam-idamkan oleh rakyat. Kita beritahukan perubahan apa yang bisa mereka rasakan saat berpartisipasi dalam politik. Mereka tidak memilih juga belum tentu kan kehidupan mereka menjadi lebih baik. Namun ketika mereka tidak memilih, sudah pasti mereka harus menunggu 5 tahun lagi untuk mengharapkan apa yang mereka cita-citakan,\" urainya. (009)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: