Jadi Museum Kecil, Simpan Tempat Tidur sang Panglima
Melihat Rumah Peristirahatan Jenderal Soedirman di Desa Bodag, Trenggalek
Saat perang gerilya, Panglima Besar Jenderal Soedirman pernah singgah di salah satu rumah di Desa Bodag, Kecamatan Panggul.
Dharaka Russiandi P., Trenggalek
WARGA negara Indonesia mana yang tidak mengenal sosok Jenderal Soedirman. Di bawah komandonya, TNI berhasil membuat kalang kabut tentara Belanda dengan taktik perang gerilya yang diterapkan. Dia pun harus menempuh perjalanan jauh bolak-balik Jogjakarta-Kediri untuk membakar semangat para pejuang Indonesia.
Bisa dibayangkan beratnya perjuangan Jenderal Soedirman karena juga harus melawan penyakit paru-paru yang membuatnya sempat menjalani operasi di Sanatorium Pakem, Kaliurang, Jogjakarta. Tidak pelak, sang jenderal harus ditandu anak buahnya setapak demi setapak untuk menempuh ratusan kilometer.
Saat perang gerilya tersebut, pasukan kecil yang tidak pernah diberi bekal dari pemerintah itu menyinggahi beberapa desa. Salah satunya, Desa Bodag, Kecamatan Panggul.
Di desa terpencil sebelah barat laut Trenggalek yang berbatasan dengan Pacitan, terdapat sebuah rumah yang pernah digunakan sebagai tempat beristirahat Jenderal Soedirman dan pasukannya sebelum menuju Dukuh Sobo, Desa Nawangan, Kabupaten Pacitan, untuk kembali ke Jogjakarta.
Purwito, Kades Bodag, menyatakan bahwa rumah berarsitektur limasan tersebut sebenarnya milik Mochammad Ngabdi. Pada 13-15 April 1949, rumah itu sempat disinggahi Jenderal Soedirman dan anak buahnya. \"Berdasar penuturan pelaku sejarah di sini, memang demikian adanya,\" ucapnya.
Di depan rumah yang berusia puluhan tahun tersebut, wartawan koran ini disambut sebuah tugu yang bertulisan \'\'Tempat Peristirahatan Panglima Besar Jendral Soedirman dalam Memimpin Perang Gerilya dari Tanggal 13-15 April 1949\'\'. Apalagi, di dalam rumah yang berubah layaknya museum kecil itu terpampang foto kuno sang jenderal yang juga mantan guru di perguruan Muhammadiyah tersebut.
Selain foto dan peta yang berisi rute perang gerilya dari Jogjakarta hingga Kediri, terdapat berbagai barang peninggalan pasukan gerilya yang sangat disegani tentara Belanda tersebut. Yakni, perlengkapan ibadah, seperangkat alat makan, meja kursi, dan tempat tidur.
Semua perabot masih terawat dengan baik meski ada sebagian yang catnya sudah memudar. \"Semua barang peninggalan masih tersimpan dan terawat baik, kecuali tandu yang sudah dibawa ke museum di Jogjakarta,\" ungkap Purwito, lantas mengajak wartawan koran ini memasuki kamar yang dulu digunakan sang jenderal untuk beristirahat.
Barang-barang bernilai sejarah itu disimpan dalam lemari kaca yang terkunci rapat. Benda-benda tersebut tidak bisa dikeluarkan secara sembarangan, kecuali ada acara napak tilas maupun haul yang dihadiri prajurit TNI dan pihak keluarga.(and/c18/bh)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: