Siswa MA MC Belajar Lesehan di Musala
Perbedaan dunia pendidikan khususnya untuk tingkat sekolah negeri dan swasta di kabupaten Bengkulu Tengah (Benteng) ini cukup mencolok. Bila di sekolah negeri fasilitasnya lengkap, tidak dengan kondisi di Yayasan Pendidikan Muslim Cindikiah di Desa Jum\'at Kecamatan Talang Empat. Justru fasilitas di sekolah swasta yang terdiri dari MTs atau setingkat SMP dan MA setingkat SMA ini cukup memperihatinkan. Sekolah ini malah tidak memiliki ruangan belajar. Untuk belajar siswanya terpaksa menggunakan musolah dan duduk lesehan bersimpuh dilantai. Mau tahu kondisinya? Berikut laporannya.
==========================================================
Novriyanto ,
Talang Empat ==========================================================
Setelah menempuh jalan bertanjakan dan berbatuan sekitar 1 km, wartawan BE baru berhasil menemui bangunan MTs dan MA Muslim Cindikiah. Sekolah ini menampung sebanyak 81 orang siswa. Terdiri dari sebanyak 24 orang siswa MTs dan 57 orang siswa MA. Sekolah itu, mulai digagas dan didirikan pada tahun 2009 lalu atas prakarsa masyarakat di 5 desa sekitar sekolah tersebut. Dahulu, proses belajar dan mengajar di sekolah swasta itu masih menumpang di Balai Desa setempat. Namun, setelah ada tanah wakaf dari warga, barulah sekolah yang berbasis agama Islam itu resmi memiliki bangunan sekolah sendiri. \"Saya sebagai putra daerah Desa Taba Lagan ini merasa terpanggil atas dunia pendidikan yang berbasis Islam. Namun, cukup banyak halangan yang melanda kami pada saat masih melakukan penjajakan,\" terang Kepala Sekolah Yayasan Pendidikan Muslim Cindikia, Sarul Kalam, S.Ag, M.Sy, kemarin. Awalnya seluruh siswa belajar dilantai. Namun, setelah ada bantuan hibah kursi bekas dari IAIN, akhirnya beberapa siswa sudah bisa belajar dengan duduk dikursi. Namun, saat ini masih ada sebagian siswa tetap belajar dilantai. Karena tidak ada kursi dan ruangan belajar. Siswa yang masih belajar dilantai ini siswa kelas XII MA. Selain tak memiliki fasilitas kursi dan ruangan memadai, selama ini sekolah ini juga terkendala jeleknya jalan menuju sekolah tersebut. Jalan disana masih tanah kuning. Jika hujan maka jalannya becek. Persoalan jalan ini perlahan bisa diatasi. Dengan membeli aspal bekas galian jalan seharga Rp 900 ribu dan disiramkan ke jalan itu. Sekarang siswa dapat melalui jalan yang lebih baik menuju sekolahnya. \"Jika bukan kesungguhan hati untuk membangun sekolah yang berbasis agama Islam, sekolah ini tidak akan terwujud,\" terangnya. Sarul menambahkan, sudah sering mengajukan proposal baik kepada Kanwil Kemenag Provinsi Bengkulu, Kemenag Benteng, dan Pemda untuk meminta bantuan. Namun hingga saat ini pengajuan pembangunan 2 unit Ruangan Kegiatan Belajar (RKB) itu belum juga direspon. Begitu juga dengan pengajuan pembangunan jalan ke Dinas PU Benteng, tidak juga ada jawaban. Namun, kata Sarul mereka tidak patah arang, bakal tetap berjuang memperbaiki sekolah tersebut. \"Bantuan dari Kanwil Kemenag dan Pemda belum ada sama sekali. Kita harus berjuang keras sendiri untuk mendirikan sekolah islam tersebut,\" ungkapnya. Bahkan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang bertujuan untuk mempercepat kemajuan sekolah, juga tidak dapat oleh Sekolah Cendikia ini. Tentu hal itu berpengaruh pada minimnya honor yang diberika pada guru yang mengajar disana. Beruntung guru MTs dan MA Muslim Cindikiah ini sudah mengerti dan faham atas kondisi keuangan sekolah tersebut. Guru disekolah ini tidak menuntut digaji apalagi gaji besar seperti rekan mereka yang berstatus PNS. \"Alhamdulilah, dari ke tahun sekolah kami menunjukkan kemajuan yang signifikan. Ini atas perjuangan rekan - rekan semua,\" pungkasnya (**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: