Dolar Melesat, Perajin Tempe Terpuruk

Dolar Melesat, Perajin Tempe Terpuruk

SEMARANG - Melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS tidak hanya merisaukan kalangan pengusaha besar. Pengusaha tahu dan tempe pun sudah merasakan imbas buruk. Maklum, kebutuhan kedelai dalam negeri selama ini banyak dipasok dari luar negeri.

Di Kota Semarang, harga kedelai saat ini menembus Rp 8500 per kilogram. Saat ini kurs dolar terhadap rupiah  mencapai level Rp 10.600, terendah sejak tahun 2005 lalu.

Pardiman, salah seorang pengusaha tempe mengaku harga kedelai semakin tidak terkejar oleh para pengusaha.

“Naik dari harga semula Rp 6.700 hingga Rp 6.800 per kilo gram, sekarang sudah Rp 8500 per kilogram,” kata Pardiman, pengusaha tempe di Kelurahan Jomblang, Kecamatan Candisari Kota Semarang..

Saat dihubungi kemarin Pardiman mengaku pusing.  Upaya untuk menyusutkan ukuran tempe justru menuai protes dari para pelanggan yang selama ini memasarkan tempe yang dia buat.

“Kalau dinaikkan harga sedikit saja mereka protes, disusutkan juga protes,” kata Pardiman menambahkan.  Harga kedelai sebagai bahan baku utama yang semakin tinggi ini tak mampu menutup biaya produksi yang masih dikurangi dengan upah tujuh karyawan yang mencapai Rp 20 ribu per hari.

Dia terpaksa mengurangi anggaran belanja kedelai yang sebelumnya mencapai 6 kwintal tinggal 4 kwintal per hari. Pardiman meminta agar pemerintah ikut intervensi atas kenaikan harga bahan baku yang diimport itu, harapan keterlibatan pemerintah itu agar bisa melindungi  para perajin tahu tempe  yang selama ini punya kontribusi mempekerjakan orang.

Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perdindustrian dan Perdagangan Kota Semarang, Intan Indriawan menyatakan kenaikan harga kedlai itu terkait dengan fluktuasi dolar yang nilainya mencapai level  Rp 10.600. “Makanya ada hari ini (Kamis) merupakan harga tertinggi yang sangat memberatkan,” kata Intan. (sgt/sam/jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: