Harga Elektronik Siap-siap Naik
SURABAYA - Pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS dalam beberapa waktu terakhir berdampak pada kenaikan harga jual produk, terutama yang mengandalkan impor. Seperti produk elektronik yang sebagian besar komponennya didatangkan dari luar negeri. Akibat pelemahan rupiah, harga elektronik dipastikan naik.
\"Dapat dibilang dampaknya sangat parah, karena kita sebagai produsen, sedangkan supporting industry di Indonesia tidak banyak,\" kata Wakil Sekjen Gabungan Elektronik Indonesia Yeane Lim, Kamis (22/8).
Kendati memiliki pabrik sendiri, tapi industri elektronik nasional masih membutuhkan komponen tertentu yang tidak diproduksi di dalam negeri. Satu-satunya cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan impor. \"Hampir 90 persen komponen diimpor, maka sudah pasti ada kenaikan harga. Sedangkan kalau per satuan barang, rata-rata local content komponen yang sudah memiliki SNI 40 persen, sisanya 60 persen impor,\" urai Yeane.
Dijelaskan, saat ini beberapa produsen sudah menaikkan harga di tingkat ritel untuk menutupi biaya komponen impor yang membengkak. Tapi, pihaknya enggan untuk menyebutkan rata-rata kenaikan harga yang ditetapkan produsen. \"Yang jelas, sekarang sudah ada kenaikan harga,\" tandas dia.
Walau menaikkan harga jual, pihaknya optimistis tahun ini penjualan elektronik tetap tinggi. \"Kami tidak ada rencana untuk merevisi target penjualan,\" ungkapnya. Menurut dia, produk dengan merek yang kuat dan didukung program marketing yang bagus diyakini tetap bisa membukukan pertumbuhan sesuai target.
\"Produk-produk elektronik adalah produk komoditas. Kenaikan biaya hidup tidak banyak berpengaruh terhadap keputusan konsumen berbelanja elektronik. Kenaikan biaya hidup membuat orang mengurangi belanja di mal, dan lebih banyak di rumah nonton TV. Makanya penjualan TV LED maupun AC tetap meningkat,\" katanya.
Pada semester kedua, diperkirakan produk LCD maupun LED, mesin cuci, dan lemari es masih mendominasi penjualan barang elektronika. Sepanjang tahun ini, proyeksi pertumbuhan pasar elektronika sebesar 15 persen. (res/oki)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: