Tahu-Tempe Naik Tiga Kali Lipat
Dipicu Kenaikan Harga Kedelai
BOGOR – Pascalebaran pengrajin tahu dan tempe mengeluh karena tingginya harga bahan baku kedelai. Mereka meminta pemerintah mengambil alih tata niaga kedelai.
Ketua Primer Koperasi Tempe dan Tahu Indonesia (Primkopti) Kota Bogor, Muchtar Shatrie mengatakan, langkah pengambilalihan itu perlu dilakukan agar harga kedelai terkendali.
Menurutnya, harga bahan baku utama tempe dan tahu naik hingga 40 persen sejak awal tahun ini. \"Januari harganya Rp5.500 per kilogram. Pada Juli sudah mencapai Rp8.200 per kilogram, dan bulan ini kenaikannya tajam sekali,\" ujarnya.
Setelah Lebaran, kata dia, produsen menaikkan harga tempe dan tahu sekitar 25-30 persen. Harga tempe di pasaran yaitu Rp3.000 menjadi Rp6.000 per potong, dan akan naik menjadi Rp6.000 menjadi Rp10.000 per potong.
Di sejumlah pasar tradisional, harga jual tempe dan tahu berbeda-beda. Seperti yang diutarakan Syarif, pedagang tempe dan tahu di Pasar Baru Bogor, yang mengaku seluruh barang dagangannya laris terjual.
“Saat ini saya jual Rp10.000 untuk ukuran besar, kalau yang setengahnya Rp6.000 dan itu memang sama dengan para pedagang tempe. Kalau tahu harganya dinaikkan sebesar Rp500 dari yang biasanya Rp5.000 untuk 10 buah kini menjadi Rp5.500 per 10 buah,” terangnya.
Sedangkan untuk tahu sutra yang awalnya Rp2.000 per buah, naik Rp500 menjadi Rp2.500 per buah.
Hal itu berbeda dengan Asep, pedagang tempe di Pasar Kebonkembang ini mengaku mematok harga sesuai dengan kesepakatan dari pembuat tempe.
“Untuk ukuran besar rata-rata Rp10.000 hingga Rp12.000. Pasokan saat ini lancar, pembeli pun memakluminya tidak ada yang komplain,” katanya.
Menurut pria 40 tahun itu, tempe dan tahu di pasaran rata-rata naiknya sekitar 25 persen, karena saat ini harga kedelai masih sangat mahal.
“Kalau kami sebagai pedagang hanya menjalankan saja, yang penting tidak nombok, ya sudah habis saja alhamdulillah,” jelasnya.(ram/c)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: