Samisake Abaikan Akademisi

Samisake Abaikan Akademisi

BENGKULU, BE – Drs Syakhroni MPd, seorang pengamat dan akademisi yang ikut mengkaji program Satu Miliar Satu Kelurahan (Samisake) meragukan realisasi program Samisake akan melibatkan pihak perguruan tinggi. Ia menegarai, dalam realisasi Samisake tersebut pihak akademisi cenderung diabaikan atau dilupakan. \"Kami akhirnya sedikit ragu dengan realisasinya.  Dahulu kita dilibatkan dalam membedah program ini sehingga dapat diterima oleh masyarakat. Sekarang, seperti Samisake PNPM itu, kita tidak lagi dilibatkan atau dilupakan. Kalau sudah begitu, apa bedanya Samisake dengan PNPM. Ini saja sudah bergeser dari kajian bersama kita dulu,\" kata dia kemarin, saat dimintai tanggapan seputar polemik Samisake yang berkembang akhir-akhir ini. Dijelaskannya, implementasi Samisake itu awalnya berdasarkan keinginan warga masyarakat yang ada di Kota Bengkulu melalui penelusuran oleh kandidat saat itu bahwa mayoritas warga kota setiap kelurahannya membutuhkan bantuan permodalan. Kemudian kandidat mengundang pihak perguruan tinggi yang terdiri dari para dosen dan mahasiswa untuk membedah bantuan permodalan ini lebih jauh. \"Mulai sejak penelusuran fakta-fakta dan pendataan melibatkan akademisi dan mahasiswa,\" sampainya. Ia membantah bahwa program ini dikonsep dalam bentuk bantuan satu miliar satu kelurahan pertahun. Ia menegaskan bahwa sejak awal pembahasan hingga menjadi slogan politik, uang satu miliar satu kelurahan itu akan direalisasikan satu miliar satu kelurahan untuk satu periode. “Tidak ada itu yang mengatakan samisake satu tahun satu kali. Saat bedah dulu juga untuk lima tahun satu periode masa kepemimpinan Walikota. Dan kalau ada oknum dari Lembaga Swadaya Masyarakat yang mengatakan program itu untuk satu tahun sekali dan mengutuk para akademisi, saya balik mengutuk mereka. Karena mereka yang mengatakan itu, kami tidak pernah,” tegas pembantu rektor III UMB ini. Dalam bedah program kandidat calon walikota dan wakil walikota tahun lalu, sambungnya, seluruh Perguruan Tinggi (PT) dan para mahasiswa Bengkulu dilibatkan. Kesimpulan yang didapatkan adalah bahwa program tersebut dinilai realistis. Adapun dasar dari pernyataan realistis itu berdasarkan perhitungan kekuatan APBD Kota Bengkulu maupun PAD yang didapatkan. \"Jika menginginkan samisake itu setiap tahun tentu tidak akan tercapai berdasarkan PAD kita saat ini. Saya masih ingat bahwa seluruh PT mulai dari ujung timur sampai ke barat Kota Bengkulu dan para mahasiswa dilibatkan. Setelah kita kaji bersama program tersebut benar dan dapat dipertanggung jawabkan, bukannya kita mengada-ada,” tutupnya. (009)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: