Ichwan Yunus Kembali ke Kampung Halaman (3)

Ichwan Yunus Kembali ke Kampung Halaman (3)

\"Ichwan-yunus3\"Berita itu tentu saja sangat menyedihkan bagi Ichwan Yunus.  Selain itu, ia prihatin.  Tidak lama ia menemukan jawaban yang sangat meyakinkan.  Hal itu terjadi akibat ketidakberdayaan masyarakat.  Peristiwa yang menimpa gadis tersebut hanyalah contoh kecil ketidakberdayaan masyarakat Mukomuko secara umum.

Rupanya kata kunci ketidakberdayaan tersebut menghujam dan membekas di dalam lubuk hati anak Si Pandai Besi ini.  Dimana pada masa kecilnya, ia sangat akrab dipanggil beruk ini.  Sebagai bagian yang tidak bisa terpisahkan dari masyarakat Mukomuko yang sudah berhasil keluar dari lingkaran ketidakberdayaan itu, ia merasa mempunyai beban dan tanggung jawab moril. Ia berkeinginan membimbing masyarakatnya agar segera keluar dari lingkaran penderitaan yang berkepanjangan.

Ichwan sudah tahu persis bahwa yang dibutuhkan masyarakatnya saat ini tidak hanya sekedar teori apalagi wacana, tapi sentuhan-sentuhan tangan dingin yang santun dan ikhlas dan itu tidak bisa ditunda-tunda lagi.  Pada wkatu yang sama, Ichwan juga berpikir keras tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana caranya, siapa saja yang harus terlibat dan dari sekian banyak yang terlibat siapa saja yang perannya kecil, besar dan atau sangat besar.

Pertanyaan-pertanyaan ini muncul karena sudah menjadi kebiasaan Ichwan Yunus sebelum melakukan sesuatu pekerjaan selalu didahului dengan perencanaan yang matang.  Terlebih dahulu pekerjaan yang sedang direnungkannya tersebut adalah pekerjaan yang sangat besar.  Terhadap pertanyaan pertama dan kedua, tidak sulit bagi Ichwan Yunus untuk menjawabnya karena ia sudah tahu keadaan dan kebutuhan masyarakatnya.  Namun terhadap pertanyaan terakhir, ia merasakan kebimbingan luar biasa.

Bukan karena menentukan siapa dan sebesar apa peran yang akan dimainkan, tapi lebih pada perenungan terhadap posisi dirinya sendiri. Di satu sisi Ichwan Yunus sadar bahwa pihak yang paling besar perannya dalam pekerjaan ini adalah pemerintah dan ia jelas-jelas tidak termasuk di dalamnya. Dengan demikian, ia tidak mungkin mengambil peran lebih dari sekedar mitra dan membantu pemerintah.

Di sisi lain karena panggilan pengabdiannya sangat besar, ia menginginkan perannya lebih besar pula, minimal sama dengan pemerintah, tapi itu tidak mungkin. Pasalnya, pemerintah disamping memiliki kewenangan, juga mempunyai kekuasaan. Sedangkan ia sebagai rakyat biasa tidak mempunyai kedua-duanya.(bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: