Ichwan Yunus Kembali ke Kampung Halaman (2)

Ichwan Yunus Kembali ke Kampung Halaman (2)

\"Ichwan-yunus3\"Masih banyak desa terpencil dan terisolir karena tidak memiliki akses jalan dan jembatan. Desa tersebut hanya bisa dicapai dengan berjalan kaki menyelusuri jalan setapak dan menyeberangi sungai.

Kondisi seperti di atas tidak hanya menghambat pendidikan, yang pasti adalah juga menghambar bertumbuhan ekonomi. Masyarakat Mukomuko yang notabene 90% lebih menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian itu tidak berdaya sama sekali.  Kesulitan akses transportasi untuk memasarkan hasil-hasil pertaniannya, kalaupun ada sudah pasti akan mahal. 

Begitupula sebaliknya dalam memenuhi kebutuhan bahan pokok yang lain juga akan sangat mahal. Dalam bahasa ekonominya barangkali yang paling tepat untuk menggambarkan kondisi masyarakat seperti ini adalah ‘’harga tinggi, daya beli rendah’’.  Demikian Ichwan Yunus menyaksikan masyarakatnya berputar dalam lingkaran ketidakberdayaan yang berkepanjangan.

Bagi yang mempunyai kesempatan mengenyam pendidikan, juga tidak bisa berbuat banyak karena tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang sepadan dengan tingkat pendidikannya.  Akhirnya para orang tua dan anak terobsesi, bahwa satu-satunya pekerjaan yang paling menjanjikan masa depan yang lebih cerah adalah menjadi pegawai negeri.  Sebagian besar mereka tidak menyadari bahwa untuk menjadi pegawai negeri tidak segampang yang mereka bayangkan.  Pasalnya tidak seimbang antara kebutuhan dan yang membutuhkan.

Katakanlah misalkan setiap tahun Pemerintah Kabupaten hanya bisa mengakomodir tiga ratus sampai lima ratus orang pegawai, sementara yang menginginkan menjadi pegawai mencapai puluhan ribu orang.  Akhirnya mereka menempuh segala macam sara termasuk mengesampingkan dosa, dengan menyiapkan uang sogokan asalkan bisa diterima menjadi pegawai negeri.

Suatu saat, ketika Ichwan Yunus sedang berada di Mukomuko, ia mendapat kabar ada seorang gadis di masyarakatnya tewas gantung diri.  Siapapun saat mendengar berita ini langsung spontan akan bertanya mengapa dan apa sebabnya? Begitu pula dengan Ichwan Yunus.  Setelah ia memperoleh jawaban bahwa perbuatan nekad gadis itu terjadi karena putus asa tidak diterima menjadi pegawai negeri.(bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: