Drs. H.Wimran Ismaun Berbagi Kisah Dengan Almamater UII Yogyakarta

Drs. H.Wimran Ismaun Berbagi Kisah Dengan Almamater UII Yogyakarta

\"\"SOSOK Drs. H. Wimran Ismaun adalah ideal dan dapat dikatakan sukses meniti karir. Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FE UII) berhasil meniti karir dari staf calon pegawai tetap di Bank Dagang Negara (BDN) di tahun 1985 kini menapaki karir sebagai Direktur Utama Bank Bengkulu (Bank Pembangunan Daerah Bengkulu). Anak daerah yang lahir di Manna, Bengkulu Selatan, 23 Agustus 1957, setelah melanglang buana berkeliling nusantara atas tugasnya di BDN yang kemudian merger menjadi Bank Mandiri, akhirnya mengabdi untuk daerah, diserahi amanah memimpin Bank Bengkulu. Diakui Wimran, setelah 27 tahun meninggalkan almamater Unversitas Islam Indonesia (UII) dia merasa kagum atas perkembangan yang pesat, terutama pembangunan fisik, kini UII punya kampus yang megah. Dulu di tahun 1970-an akhir, kampus UII hanya ada di Cik Di Tiro, Tamansiswa, Demangan, dan menumpang di ruang belakang masjid Syuhada, Kotabaru. Jumlah mahasiswa pun kini berlimpah, berlipat-lipat dari era saya dulu, aku Wimran usai memberi pencerahan terhadap para sarjana baru yang diwisuda, di auditorium KHA Kahar Muzakkir, kampus terpadu UII, Jl Kaliurang Km 14,5 Sleman,Yogyakarta, Sabtu, 25 Juni 2011. Ketika saya mahasiswa saja tidak malu mengaku sebagai mahasiswa UII,begitu pula selepas menjadi sarjana. Apalagi kini, alumni UII banyak yang menjadi pejabat tinggi negara, sebut saja, Prof.Dr. Mahfud MD (Ketua Mahkamah Konstitusi), Dr. Busjro Muqoddas (Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi), Drs. Dr. Salman Luthan (Hakim Agung), Dr. Suparman Marzuki (Komisi Yudisial), Drs. Halim Alamsyah (Deputi Gubernur Bank Indonesia)  dan lainnya. Jaringan alumni yang tersebar di seluruh Indonesia, tentunya dapat dijadikan landasan berkiprah dan mengabdi kepada nusa, bangsa, serta agama. Asalkan punya kemauan, kemampuan yang diperoleh di kampus dapat dijadikan landasan awal dalam mengaplikasikannya di masyarakat selepas menjadi sarjana. Wimran yang berkiprah di perbankan selama 26 tahun lebih, dimulai dari BDN yang kemudian menjadi Bank Mandiri selama 23 tahun, dan kembali ke daerah asal di Bengkulu, dipercaya sebagai Direktur Utama Bank Pembangunan Daerah Bengkulu atau Bank Bengkulu. Diakuinya, sebagai bank daerah,menjadi Dirut Bank Bengkulu adalah suatu tantangan tersendiri. Sungguhpun demikian pengalaman di Cabang Bank BDN di Jakarta MT Haryono, Balikpapan, Nusa Bali, Manado. Kemudian Kacab Bank Mandiri Makassar, Tasikmalaya, dan Marketing Officer Wilayah Bank Mandiri Bandung. Kembali ke Bengkulu 2006 sebagai Direktur Pemasaran Bank Bengkulu, setahun kemudian Pjs Dirut Bank Bengkulu, dan sejak 2008 sampai kini Dirut Bank Bengkulu. Dibawah kepemimpinan Wimran, Bank Bengkulu berkomitmen dan siap menjadi bank terkemuka atau regional champion yang dicanangkan pemerintah untuk seluruh bank daerah. “Bank Bengkulu siap memulai program percepatan Bank Pembangunan Daerah menjadi bank regional champion (BRC) yang diharapkan terwujud pada 2014,” katanya. Program percepatan itu akan diwujudkan melalui tiga pilar penting, ketahanan kelembagaan yang kuat, kemampuan sebagai agen pengembangan regional dan kemampuan melayani kebutuhan masyarakat. “Ketiga pilar ini harus didukung dengan manajeman risiko dan “good corporate governance” akan menjadi cita-cita besar dan strategis bagi Bank Bengkulu,” tambahnya. Proses implementasi tiga pilar menuju BRC merupakan tantangan tersendiri bagi manajemen khususnya pilar pertama, pemenuhan modal inti bank sehingga pada 2014 mencapai Rp l triliun. Saat ini PT Bank Bengkulu telah memiliki sebanyak 22 cabang yang tersebar di 10 kabupaten dan kota, dengan modal Rp119 miliar, pemegang saham terbesar adalah pemerintah Provinsi Bengkulu sebesar 42 persen. Wimran juga mengatakan, Bank Bengkulu terus membaik dan menunjukkan perkembangan menggembirakan, dengan jumlah aset saat ini lebih dari Rp 2 triliun. Pada 2010, memperoleh laba sebesar Rp 98 miliar. Ke depan Bank Bengkulu akan membuka divisi syariah. Kepada wisudawan, Wirman mengajak para sarjana jangan mengandalkan mencari kerja sebagai PNS atau karyawan corporasi besar, karena sektor formal tidak mampu menampung lulusan sarjana baru. Peluang untuk itu hanya 10%. “Paradigma lulusan perguruan tinggi mencari kerja, relatif sudah usang. Karenanya sebagai sarjana harus mampu terjun di sektor non formal, membuka usaha baru sekaligus membuka lapangan kerja baru,” saran Wimran. Sebetulnya potensi besar di hadapan mata. Sektor asuransi parkir, merupakan peluang usaha yang menjanjikan. Persebaran alumni UII yang berada di daerah seluruh Indonesia bisa menjadi jejaring yang kuat. “Tawarkan saham, misalnya Rp 10 juta perorang, usaha asuransi parkir ini akan menjadi usaha yang menjanjikan,” ungkap ayah tiga anak yang tinggal di Jl Mahakam IV Bengkulu. (Syamsul Hidayat)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: