HONDA BANNER
BPBDBANNER

Di Balik Senyum Lina

Di Balik Senyum Lina

Yukey Anggraini-(ist)-

Lina menyandarkan punggungnya ke dinding kamar mandi, berusaha menenangkan napas yang tersengal-sengal. Tangannya gemetar memegangi wastafel dingin, sementara bayangan di cermin menatapnya dengan wajah pucat dan mata berkaca-kaca. Serangan panik yang kesekian kalinya bulan ini datang tanpa peringatan.  

"Tidak ... tidak sekarang," bisiknya, mencoba mengingat teknik pernapasan yang diajarkan terapisnya.  

Dari luar, suara Ibu memanggil, "Lina! Makan siang sudah siap!"  

"Sebentar, Bu!" suaranya terdengar lebih tinggi dari biasanya. Ia menyeka air mata dengan cepat sebelum membuka pintu.  

Di meja makan, keluarga tampak lengkap. Ayah sibuk dengan dokumen kantor, Ibu menyajikan sayur asam, sementara adiknya, Rian, asyik bermain ponsel.  

"Kamu baik-baik saja? Wajahmu pucat," Ibu menyentuh dahinya.  

Lina mengelak. "Hanya kurang tidur. Deadline kampus banyak."  

Ayah mengangkat mata dari dokumen. "Kalau mau sukses harus kuat. Nenekmu dulu bekerja di sawang seharian tetap tidak mengeluh."  

Lina menatap nasi di piringnya. Jika saja mereka tahu...

***  

Klinik Psikologi "Sehati" sepi ketika Lina masuk untuk sesi mingguannya.  

"Bagaimana minggu ini?" tanya dr. Anindya, terapisnya.  

Lina memilin ujung bajunya. "Sama. Serangan panik masih datang. Dan ... aku berbohong lagi ke keluarga."  

"Bisakah kamu ceritakan apa yang membuatmu takut jujur pada mereka?"  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: