Ichwan Yunus Mencari CInta (8)

Ichwan Yunus Mencari CInta (8)

\"Ichwan-yunus3\"Hari itu, pagi-pagi sekali seperti biasanya Rosna memulai aktivitasnya dengan memasak dan bersih-bersih rumah.  Setelah itu baru ia mempersiapkan diri untuk pergi mengajar dan aktivitas lainnya. Di tengah-tengah kesibukan itulah ia melihat seorang nenek datang bertamu ke rumahnya dan langsung berbincang-bincang dengan ibunya.

Layaknya memperlakukan seorang tamu, terlebih terhadap nenek-nenek yang cukup dikenalnya, sambil tersenyum ramah Rosna menyapa sang nenek kemudian berlalu.  Ia tahu nenek tersebut berkepentingan dengan ibu yang sudah duduk di depannya. Rosna lantas pamit meninggalkan tamu dan ibunya yang sedang berbincang-bincang, menuju suatu tempat dimana kawan-kawannya sudah menunggu untuk latihan menari bersama.  Tarian tersebut  akan dipentaskan pada acara halalbihalal di desanya.

Di dalam hati Rosna sempat bertanya-tanya, “Ada apakah gerangan nenek itu pagi-pagi sekali menemui ibunya...?”

Meskipun sang nenek cukup dikenalnya, tapi tidak biasanya ia bertandang ke rumah, apalagi waktunya pagi-pagi sekali. Tetapi pertanyaan-pertanyaan itu segera sirna.  Tergantikan oleh keasyikan belajar menari bersama-sama kawannya, bahkan kedatangan nenek ke rumahnya pagi itu sudah terlupakan olehnya.

Setelah belajar menari, Rosna langsung pulang ke rumah dan sebelum tiba di rumah ia mampir sejenak ke rumah bibinya yang tidak jauh dari rumahnya untuk mengambil kembang. Setibanya di rumah, ia dipanggil oleh sang ibu.

Rosna segera mendekat dan duduk di sisinya, lalu sang ibu bercerita bahwa kedatangan nenek tadi pagi itu dalam rangka penjajakan kemungkinan ia akan dinikahkan dengan cucunya bernama Ichwan Yunus. Rosna sama sekali tidak memperlihatkan ekspresi berlebihan di depan ibunya, baginya berita seperti itu bukanlah hal yang terlalu istimewa.

Dulu saat tamat SMP pernah juga mau dinikahkan, tapi karena waktu itu ia sama sekali belum siap untuk menikah, yang ada dikirannya hanya bagaimana caranya bisa melanjutkan sekolah. Maka tawaran menikah itu dengan tegas ditolaknya. Kali ini, ia sudah cukup dewasa dan sebenarnya sudah siap untuk menikah, ditambah lagi melihat kondisi fisik ibunya yang semakin lemah karena dimakan usia.

Dari nada bicaranya, Rosna sudah dapat memahami bahwa sesungguhnya ibunya sangat mengharap ia menerima lamaran keluarga Ichwan Yunus. Tetapi bagi Rosna, pernikahan adalah hal yang sakral dan terpenting dalam hidupnya,tidak boleh dianggap gampang. Betapa pun butuh dan siapnya ia untuk menikah, namun perlu pertimbangan yang sangat matang dari berbagai sisi.

Ia perlu terlebih dahulu mengenal siapa laki-laki yang akan menikahinya, bagaimana latar belakang pendidikan dan keluarganya, bagaimana watak dan karakteristiknya. Lalu mau kemana ia setelah menikah, dan sebagainya.

Pengenalan ini perlu, minimal untuk persiapan saling mengisi dan menutupi kekurangan setelah nanti ia hidup bersama. Sedangkan pria yang bernama Ichwan Yunus tersebut sama sekali masih asing baginya. Jangankan bertemu, namanya saja baru ia dengar dari sang ibu. Oleh karena itu, ia menyarankan kepada ibunya untuk tidak terlalu serius dulu menanggapi, apalagi terburu-buru menerimanya.

Rupanya pendekatan dari pihak keluarga Ichwan sudah tidak bisa dianggap enteng lagi. Beberapa hari setelah lebaran utusan dari keluarga Ichwan kembali mendatangi ibu Rosna. Kedatangan mereka kali ini bukan hanya sekedar meminta kepastian dari pihak keluarga Rosna, tapi lebih dari itu, mereka sudah menjurus kepada rencana lamaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: