Pemprov Bengkulu Dorong Investasi untuk Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas
Sekretaris Daerah Provinsi Bengkulu, Isnan Fajri, mengapresiasi pemerintah daerah untuk mempresentasikan rencana pembangunan ekonomi dan menjalin kolaborasi dengan pemerintah pusat-adv-
BENGKULUEKSPRESS.COM - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN)/Bappenas menggelar Forum Ekonomi Regional di Balai Raya Semarak Bengkulu, Kamis (10/10/24).
Acara ini, bertema “Dampak Investasi Wilayah pada Pembangunan Daerah,” dihadiri oleh berbagai pejabat dan akademisi, termasuk Asisten II Pemprov Bengkulu, RA Denny, dan Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia, Dhita Aditya Nugraha.
“Saya mengapresiasi forum ini sebagai kesempatan bagi pemerintah daerah untuk mempresentasikan rencana pembangunan ekonomi dan menjalin kolaborasi dengan pemerintah pusat,” ujar Sekretaris Daerah Provinsi Bengkulu, Isnan Fajri.
Ia menegaskan visi Bengkulu untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan inklusif.
BACA JUGA:PLN UID S2JB Raih Penghargaan CSR Terbaik dari AMSI Sumsel
Isnan juga menyoroti upaya pemerintah provinsi dalam menarik investasi, termasuk penerapan Peraturan Gubernur Nomor 36 Tahun 2021 yang memberikan insentif bagi investor.
“Selain itu, sektor-sektor unggulan seperti perkebunan kelapa sawit dan energi terbarukan di Kabupaten Lebong menjadi fokus untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah,” imbuhnya.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu juga bekerja sama dengan Bank Indonesia dalam membentuk tim percepatan investasi ‘Rafflesia’ untuk pengembangan UMKM dan peningkatan ekspor.
BACA JUGA:PLN Dorong Ekowisata Jerowaru: Revitalisasi Hutan Mangrove, Tingkatkan Pendapatan Warga
BACA JUGA:BPS Catat Deflasi 0,17% di Kota Bengkulu pada September 2024
Direktur Regional I Kementerian PPN/Bappenas, Abdul Malik Sadat Idris, menekankan pentingnya sinergi antara investasi wilayah dan pembangunan daerah untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen.
“Saat ini, pertumbuhan di Pulau Sumatera hanya berkisar antara 4 hingga 5 persen. Malik juga mencatat adanya paradoks di Bengkulu, di mana meskipun tingkat pengangguran hanya 3,4 persen, kemiskinan tetap tinggi di angka 14 persen,” Pungkas Abdul. (Adv)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: