Ini Dia Bahaya Sifat Perfeksionis dan Cara Mengatasinya

Ini Dia Bahaya Sifat Perfeksionis dan Cara Mengatasinya

Orang dengan kepribadian perfeksionis akan menilai orang lain sama seperti menilai diri sendiri.--

BENGKULUEKSPRESS.COM - Orang dengan kepribadian perfeksionis ingin segala sesuatu berjalan dan tampil dengan sempurna. Namun, ada berbagai bahaya yang mengintai di balik sifat perfeksionis, mulai dari depresi hingga gangguan kesehatan tubuh.

perfeksionis adalah orang yang selalu berusaha tampil sempurna dengan menetapkan standar yang terlalu tinggi untuk diri sendiri dan atau orang lain, yang sering kali disertai dengan kritis berlebihan terhadap diri sendiri juga orang lain. Perilaku ini dapat dialami oleh siapa saja, termasuk anak usia muda. Bahkan, menurut penelitian, anak muda saat ini lebih cenderung menjadi perfeksionis dibandingkan generasi pendahulunya.

BACA JUGA:Ingin Anak Mudah Menghafal Al Qur'an, Buya Yahya Bagikan Caranya

Jenis-Jenis Perfeksionis
Kepribadian perfeksionis terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Perfeksionis adaptif
Perfeksionis jenis ini tergolong sehat dan terarah. Perfeksionis adaptif memiliki standar tinggi untuk diri sendiri maupun orang lain. Mereka cenderung sangat teliti dan gigih dalam menghadapi kesulitan. Mereka juga tidak bereaksi berlebihan saat menemui kegagalan atau ketika tidak semua tujuannya terpenuhi.

Perfeksionis adaptif fokus pada hal positif dan memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu dengan baik. Perilaku ini juga cenderung dikaitkan dengan kesehatan psikologis yang baik, serta prestasi yang tinggi, baik di sekolah maupun di tempat kerja.

BACA JUGA:Amalan Agar Rezeki Melimpah, Berikut Penjelasan Gus Baha dan Ustaz Adi Hidayat

Perfeksionis maladaptif
Perfeksionis jenis ini tergolong berlebihan dan tidak sehat. Sifat perfeksionis tipe ini cenderung memiliki ciri-ciri seperti di bawah ini:

- Terlalu sibuk dan fokus memikirkan kesalahan yang dilakukan sebelumnya
- Takut akan melakukan kesalahan yang baru
- Terlalu memikirkan harapan tinggi orang lain terhadapnya
- Membandingkan diri sendiri dengan orang lain
- Takut terhadap penolakan
- Merasa tidak yakin dengan diri sendiri
- Tidak yakin apakah upaya yang dilakukannya sudah tepat

BACA JUGA:3 Cara Ampuh Melancarkan Rezeki, Amalan dari Syaikh Nawawi al-Bantani

Perfeksionis maladaptif dikatakan tidak sehat karena cenderung menimbulkan reaksi yang berlebihan, bisa menyebabkan stres, dan berujung depresi.  Sebagai contoh, saking takutnya tidak dapat memenuhi harapan orang lain, perfeksionis jenis ini dapat mengalami sakit perut yang intens ketika akan menjalani tes atau melakukan presentasi. Perilaku perfeksionisme maladaptif sering dikaitkan dengan masalah kesehatan mental, termasuk merasa tidak bahagia, merasa rendah diri yang berlebihan, gangguan makan, hingga insomnia.

Berbagai Bahaya Perfeksionis
Terlalu ingin sempurna dapat menimbulkan berbagai masalah, baik fisik mau mental. Beberapa bahaya perfeksionis antara lain:

1. Tidak menikmati hidup
Bahaya perfeksionis yang pertama adalah membuat penderitanya tidak bisa menikmati hidup. Mereka selalu mengkhawatirkan atau mengkritik apa saja yang terjadi di sekitar mereka. Mereka juga resah akan masa depan atau menyesali sesuatu yang telah terjadi pada hari ini.

BACA JUGA:Kekuatan Khodam Merpati Langit Pantai Selatan

2. Hubungan dengan orang lain terganggu
Orang dengan kepribadian perfeksionis akan menilai orang lain sama seperti menilai diri sendiri. Bahaya perfeksionis yang mempunyai harapan terlalu tinggi pada teman, keluarga, pasangan, atau rekan kerja bisa menambah stres dan mengganggu hubungan sehari-hari.

3. Muncul gangguan kesehatan
Mengalami gangguan kesehatan juga menjadi bahaya perfeksionis. Orang dengan kepribadian perfeksionis bisa mengalami gangguan kesehatan, seperti gangguan makan anoreksia nervosa, demi mempertahankan pola makan yang sempurna dan tubuh yang ideal.

Ingin selalu sempurna juga bisa menyebabkan stres yang berujung depresi, merasa tidak bahagia dan tidak puas (disforia), merasa rendah diri yang berlebihan, kesepian, marah, ketidaksabaran, frustasi, obsesif kompulsif, insomnia, hingga keinginan untuk bunuh diri.

BACA JUGA:Kekuatan Khodam Kera Gunung Merbabu

4. Produktivitas menurun
Menunda-nunda pekerjaan (procrastination) hingga produktivitas kerja menurun juga bisa menjadi bahaya perfeksionis. Orang dengan kepribadian perfeksionis bisa terlalu banyak memikirkan cara agar pekerjaannya bisa selesai dengan sempurna hingga dia tidak fokus dalam bekerja. Ini juga lama-kelamaan bisa menjadi ketakutan berlebihan terhadap kesalahan atau atelophobia. Orang yang mengalami atelophobia akan menghindari semua pekerjaan yang bisa membuatnya melakukan kesalahan.

5. Rasa kecewa berlebihan
Sifat perfeksionis juga dapat menimbulkan rasa kecewa yang berlebihan, karena penderitanya akan cenderung menyalahkan diri dan berlarut-larut pada perasaan negatif ketika harapan mereka tidak terpenuhi. Akibatnya, orang perfeksionis akan sangat sulit untuk bangkit dan mengatasi kegagalannya.

Mengatasi Sikap Perfeksionis
Tidak mudah mengubah diri seseorang yang memiliki sifat perfeksionis. Jika Anda ingin mengendalikannya, Anda dapat memulainya dengan mencoba beberapa langkah berikut ini:

BACA JUGA:Doa Saat Melihat Jenazah, Agar Ruh Sang Mayit Bahagia

- Jangan berharap terlalu tinggi dan cobalah untuk menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya. Sadarilah bahwa tiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan.
- Usahakan agar jangan sampai kelelahan, dan sebisa mungkin hindari perasaan kesepian dan marah. Orang dengan perfeksionisme akan merasa lebih cemas dan gelisah dalam kondisi-kondisi tersebut.
- Belajar menerima kesalahan diri sendiri dan tidak terlalu memikirkannya.
- Hindari sikap menunda-nunda aktivitas atau sesuatu yang harus dilakukan.
- Cobalah untuk menetapkan tujuan yang lebih realistis dan dapat dicapai, serta fokuslah pada satu tugas dalam satu waktu.
- Tetaplah berpikir positif saat menghadapi sesuatu yang tidak sesuai harapan untuk menghilangkan rasa cemas, serta meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri.
- Apabila seorang perfeksionis sudah merasa benar-benar tidak bahagia, bahkan mengalami depresi, maka ia perlu mendapatkan penanganan lebih lanjut dari psikiater.

Konseling dan psikoterapi, seperti terapi perilaku kognitif, diharapkan bisa menjadi solusi untuk mengubah cara pandang seorang perfeksionis tentang tujuan dan pencapaiannya.(bee)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: