Ini Dia Fakta Seputar Bersepeda Bisa Menyebabkan Impotensi

Ini Dia Fakta Seputar Bersepeda Bisa Menyebabkan Impotensi

Dari sisi medis, benar adanya bahwa bersepeda dapat meningkatkan risiko terjadinya impotensi. Namun, kondisi ini tidaklah permanen.--

BENGKULUEKSPRESS.COM - Bersepeda adalah sebuah kegiatan rekreasi atau olahraga, serta merupakan salah satu moda transportasi darat yang menggunakan sepeda. Banyak penggemar Bersepeda yang melakukan kegiatan tersebut di berbagai macam medan, misalnya perbukitan, medan yang terjal maupun hanya sekadar dipedesaan dan perkotaan saja.

Orang yang mempergunakan sepeda sebagai moda transportasi rutin juga dapat disebut komuter. Penggunaan sepeda sebagai moda transportasi rutin tidak hanya dilakukan oleh pekerja yang bekerja di sektor non-formal, tetapi juga dilakukan oleh pekerja yang bekerja di sektor formal.

BACA JUGA:Cari Tahu Penyebab Disfungsi Ereksi dan Obatnya

Bersepeda menjadi salah satu olahraga favorit banyak kalangan. Namun, ada anggapan bahwa bersepeda bisa menyebabkan impotensi. Hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi para pria. Namun, benarkah demikian?

Tak hanya dapat menjaga kelestarian lingkungan, bersepeda juga mampu memberikan beragam manfaat bagi kesehatan tubuh. Akan tetapi, olahraga ini kerap dikaitkan dengan disfungsi ereksi atau impotensi. Kondisi ini ditandai dengan penis yang sulit mengeras dan sulit mempertahankan ereksi.

BACA JUGA:Kapolda Bengkulu Soal Maju Pilgub

Kaitan antara Bersepeda dan Impotensi
Dari sisi medis, benar adanya bahwa bersepeda dapat meningkatkan risiko terjadinya impotensi. Namun, kondisi ini tidaklah permanen. Saat duduk, berat badan akan bertumpu pada tulang duduk. Bagian tubuh ini dikelilingi oleh lemak dan otot serta tidak memiliki organ, saraf, atau arteri sehingga bisa membantu Anda duduk dengan nyaman selama berjam-jam.

Sayangnya, sebagian besar pengendara sepeda membebankan berat tubuh di sadel sepeda yang tidak cukup lebar untuk menopang tulang duduk. Alhasil, perineum atau area antara anus dan kemaluan akan tertekan. Padahal, area tersebut mengandung arteri dan saraf yang menyuplai darah dan rangsangan ke penis.

Dengan adanya tekanan tersebut, aliran pembuluh darah dan saraf di penis pun menjadi terganggu sehingga menyebabkan impotensi. Gejala awal yang menjadi tanda impotensi adalah munculnya sensasi mati rasa atau kesemutan di area intim pria.Menurut penelitian, risiko pria mengalami impotensi lebih tinggi ketika bersepeda dalam waktu lama, yaitu sekitar lebih dari 3 jam tiap minggunya.

BACA JUGA:Optimalkankan PAD, Pemkot Bengkulu Dorong Masyarakat Manfaatkan Pemutihan PBB

Tips Agar Dapat Bersepeda dengan Aman
Untuk para pria yang memiliki hobi bersepeda tidak perlu cemas, sebab olahraga ini tetap bisa Anda lakukan tanpa harus mengorbankan kesehatan organ intim. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan:

- Ganti sadel dengan dudukan sepeda jenis “no-nose” atau memilih dudukan yang lebih lebar. Dudukan jenis ini bisa menopang tubuh dengan baik. Ubah pula posisi sadel menjadi lebih ke depan untuk membantu mengurangi tekanan pada perineum.
- Rendahkan posisi stang agar tubuh bisa bersandar ke depan dan bagian bokong menjadi terangkat. Posisi ini bisa mengurangi tekanan pada perineum.
- Usahakan untuk tidak duduk dalam jangka waktu lama saat bersepeda, terutama saat menempuh jarak yang cukup jauh. Selingi dengan posisi mengangkat bokong atau bisa juga berjalan kaki sambil mendorong sepeda.
- Gunakan celana pendek yang dilengkapi dengan bantalan untuk mendapatkan lapisan perlindungan ekstra.
- Kurangi intensitas bersepeda hingga kurang dari 3 jam per minggu, bila perlu.

BACA JUGA:Memahami Penyebab dan Cara Mengatasi Lemah Syahwat!

Selain itu, jika area perineum sudah terasa sakit atau mati rasa, kemungkinan Anda akan disarankan berhenti bersepeda untuk sementara waktu. Jika Anda mengalami gejala impotensi yang berlangsung selama beberapa minggu meski sudah berhenti bersepeda, segeralah konsultasikan ke dokter. Kondisi tersebut bisa saja disebabkan oleh masalah kesehatan lain, seperti gangguan saraf atau penyakit jantung.(**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: