Kisah Parikesit Menjemput Mimpi Jadi Raja

Kisah Parikesit Menjemput Mimpi Jadi Raja

Parikesit sebenarnya cucu dari Arjuna, bapaknya adalah Abimanyu, dengan asuhan kesaktian mahaguru Baladewa--

BENGKULUEKSPRESS.COM - Alkisah dalam sebuah cerita pasca Bharatayudha berakhir, Aswatama yang pengecut dan karena itu juga menjadi kejam, memasuki tenda dimana kubu Pandawa sedang lelap. Ia menikam orang-orang yang sedang tidur. Drestajumena, Srikandi dan Pancawala tidak bisa melihat matahari esok paginya. Sementara Utari terbangun dan menyelamatkan diri beserta bayi dalam kandungannya.

BACA JUGA:Agar Anak Memiliki Masa Depan yang Cerah, Mbah Moen Bagikan Kuncinya

Sang bayi ini lah yang dikenal dengan nama Parikesit nantinya, pewaris tahta Pandawa pengganti Pancawala yang mati. Tidak tanggung-tanggung, 2 kerajaan sekaligus hasil kemenangan Bharatayudha akan dipegang olehnya, Hastina dan Indraprastha.

Parikesit sebenarnya cucu dari Arjuna, bapaknya adalah Abimanyu, dengan asuhan kesaktian mahaguru Baladewa. Sebagai raja ala Pandawa yang adil dan budiman, segala kegelisahannya tentang rakyatnya selalu menjadi gundah hatinya. Goenawan Muhammad dalam Asmaradana menuliskan sebuah cerita renungan Parikesit terhadap rakyat-rakyatnya.

BACA JUGA:Togog Wujud dari Keserakahan Manusia

Jauh di bawah terpacak rakyatku menunggu. Mereka yang menyelamatkan dan juga menyiksa diriku. Mereka yang berdoa, sementara aku tiada berdoa. mereka yang punya angin-angin sendiri, hujan-hujan sendiri, dan duka cita yang sendiri. Mereka yang tahu kita tak bisa berbagi. Tapi siksa ini adalah siksa mereka, siksa mereka yang kuwakili di atas kelemahan tangan-tanganku

Mungkin itulah kenapa gelar Raja atau Sultan dalam berbagai kehidupan feodal zaman dahulu dianggap sangat tinggi, selain harus menjaga kestabilan, keamanan dan kenyamanan wilayah kekuasaannya, dia juga selalu dalam kondisi menanggung setiap derita rakyatnya.

BACA JUGA:Bima Bungkus, Kisah Kelahiran Werkudara yang Melegenda

Tapi tidak dipungkiri juga jika jabatan tersebut lahir karena warisan struktur sosial zaman dahulu, yang percaya Raja atau Sultan adalah perpanjangan tangan adikodrati penguasa Alam Semesta, seperti kata Arief Budiman dalam Teori Negara-nya.

Mimpi adalah kejaran. Setiap kesempatan adalah pilihan yang bisa diambil atau tidak. Dan seorang sultan juga manusia biasa, menyadari takdir adikodrati versi dirinya. Tuntutan meraih kesempatan yang akhirnya membawanya harus melanglang buana tapabrata ngelmu di negeri tetangga. Tentunya saya yakin ngelmu untuk menjadi pribadi lebih baik, tidak suka misuh-misuh sembarangan lagi, rajin mandi dan belajar mengelola duit jutaan di rekeningnya nanti.(**)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: