Enam Tahun Terbaring, Tanpa Perhatian
Mengunjungi Warga Miskin, Lumpuh NURHAN (50), seorang warga miskin di Desa Sukamaju Kecamatan Sukaraja,
Seluma menerima cobaan hidup yang berat.
Tubuhnya lumpuh sejak 6 tahun lalu. Selama sakit, ia hanya terbaring di tempat tidur di rumahnya.
Bagaimana lelaki yang sudah senja itu ? Berikut laporan
JEFRIANTO, Seluma
MENGUNJUNGI kediaman Nurhan, di rumahnya, sungguh memilukan. Ayah 5 anak itu, sejak 6 tahun silam tidak lagi bisa melakukan aktifitas sebagaimana mestinya, karena bagian tubuh mulai dari pinggang ke bawah, tidak bisa digerakkan sama sekali. Kelumpuhan ini berawal akibat Nurhan terjatuh dari pohon rambutan. Sejak itu, ia menderita lumpuh dan terpaksa menjalani aktifitasnya ditempat tidur.
Masih beruntung, istrinya, Yusnaini (45) tetap setia menemani, merawat dan membantu Nurhan sehari. Karena, tanpa bantuan sang istri dan anak-anaknya, Nurhan sama sekali tak bisa makan, minum, mandi hingga cebok. Ia tidak dapat merasakan kedua belah kakinya. Selain itu, ia juga tidak dapat merasakan ketika akan buang air kecil maupun BAB.
\"Kalau pikiran, saya tetap sehat. Namun saya tidak bisa merasakan anggota tubuh saya mulai dari pinggul ke bawah,\" tuturnya.
Karena kondisinya yang tak berdaya, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga istri Nurhan Yusnaini bekerja sebagai penyadap karet. Penghasilannya pun sangat pas-pasan yakni berkisar 30 hingga 40 ribu saja perharinya. Ditambah dengan penghasilan dari anak korban yang bekerja sebagai buruh harian. Dari situlah Nurman dan keluarga memenuhi kebutuhan keluarga.
Ini masih terasa berat bagi Nurhan, lantaran anak bungsunya saat ini masih duduk di bangku sekolah dan ia sama sekali tidak bisa bekerja untuk memenuhi kewajibannya sebagai kepala keluarga.
Sementara itu, kepiluan juga terlihat dikala bapak 5 anak ini memperlihatkan beberapa lobang di bagian pinggul yang selalu mengeluarkan cairan nanah dan air. Sehingga untuk buang air besar dan kencingpun yang bersangkutan hanya menggunakan kantong asoy.
Begitu juga dengan buang air kecil yang plastik di ikat pada kemaluannya. Dan setiap waktu kemaluannya diikat dengan tali agar sewaktu-waktu bisa untuk buang air kecil. “Tanpa sadar saya, kencing dengan sendirinya sehingga tempat tidurpun tergenang dan ini dilakukan untuk mengantisipasi akan hal tersebut,” keluhnya.
Seribu sayang sesalnya hingga saat ini dirinya tak ada satupun bantuan yang diterimanya dari pihak pemerintah kabupaten Seluma, baik itu pihak rumah sakit dan sejumlah anggota DPRD Seluma yang kebetulan tak berjauhan dengannya.
“Kami hanya ditampung oleh pihak RS M Yunus selama 1 minggu. Namun akhirnya dipulangkan setelah tidak memiliki biaya lagi untuk berobat kerumah sakit,” keluhnya. (**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: