Suku Pengelana di Dunia Ini Diambang Kepunahan

Suku Pengelana di Dunia Ini Diambang Kepunahan

Kuchi, satu-satunya suku pengelana Afganistan yang masih bisa bertahan hingga saat ini--

BENGKULUEKSPRESS.COM - Suku pengelana atau yang biasa disebut sebagai Suku nomaden, merupakan sebuah kelompok masyarakat yang hidupnya tak menetap dan sering berpindah-pindah sesuai dengan musim. Kebanyakan Suku ini biasanya bertani maupun mengembala ternak. Di Indonesia sendiri kita mengenal Suku Anak Dalam yang juga merupakan Suku panganut gaya hidup nomaden dengan berpindah-pindah tempat tinggal untuk bercocok tanam. Dan seiring dengan perkembangan jaman, Suku nomaden macam ini mulai tergerus oleh kemanjuan teknologi dan kian terancam punah.

BACA JUGA:Kaki Berbentuk O Pada Bayi, Normal Atau Tidak?

Dengan kian modernya kehidupan masyarakat jaman sekarang, suku-suku nomaden yang ada di seluruh dunia, mau tak mau disudutkan dengan pilihan untuk tetap mempertahankan gaya hidup pengelana mereka atau memilih untuk hidup menetap layaknya orang pada umumnya. Terlebih dengan kian berkurangnya sumber daya alam saat ini, perjuangan suku pengelana ini untuk tetap bertahan dengan gaya hidup nenek moyang mereka kian sulit.

Suku Bushmen - Wilayah Selatan Afrika
Suku Bushmen yang mendiami Afrika khususnya di wilayah selatan benua ini merupakan suku nomaden tertua dalam sejarah yang masih bertahan hingga saat ini. Suku ini sering terlihat hidup di di sekitar negara Botswana, Angola, Afrika Selatan, dan Zimbabwe.

Suku yang diperkirakan sudah memulai gaya hidup nomaden sejak 20 ribu tahun yang lalu ini, mulai berkurang drastis jumlahnya saat para penjelajah Eropa memulai eksebisinya di benua Afrika dan melakukan pembataian besar-besaran pada suku Bushmen.

Akibat pembantaian ini saat ini jumlah suku Bushmen diperkirakan hanya ada sekitar 100.000 orang saja. Hebatnya hingga saat ini suku yang kehidupanya pernah di angkat dalam film "Good Must Be Crazy" masih tetap setia dengan gaya hidup nomaden. Mereka hidup berpindah-pindah dan hanya mengkonsumsi apa yang mereka dapat dari alam tanpa sedikitpun tertarik dengan gaya hidup modern yang mulai merambah benua Afrika.

BACA JUGA:Operasi Kecantikan Paling Aneh dan Nyleneh, yang Dilakukan Manusia

Suku Nukak'Maku - Kolombia
Nukak-Maku merupakan suku nomaden terakhir yang masih ada di Kolombia. Suku ini awalnya sempat dinyatakan punah karena tak lagi ditemukan, sampai pada tahun 1980-an suku ini kembali diketahui keberadaanya. Namun hal tersebut tetap tak merubah fakta bahwa suku ini kini kian menipis populasinya, akibat banyaknya orang asing yang masuk kewilayah mereka dan kian berkembangnya perkebunan kola yang menggerus wilayah perpindahan suku ini.

Selain kedua faktor kunci tersebut, suku Nukak-Maku juga harus berhadapan dengan masalah krisis makanan dan juga berbagai penyakit yang menyerang mereka. Hutan tenpat tinggal mereka yang dulunya penuh dengan hewan buruan dan berbagai buah-buahan kini telah berganti menjadi perkebunan kola yang membuat suku ini kesulitan untuk mencari sumber pasokan makanan ditambah dengan wabah malaria yang sering menyerang suku ini, membuat jumlah Suku Nukak-Maku kian hari kian menipis dan diambang kepunahan.

BACA JUGA:Wajib Punya! Aksesoris Mobil Ini Sangat Bermanfaat saat Musim Hujan Tiba

Suku Qashqai - Iran
Qashqai merupakan nama dari sebuah suku penggebala ternak asal Iran yang hidup secara nomaden sejak jaman duhulu. Suku ini terus berpindah-pindah tempat tinggal sesuai dengan musim yang ada untuk menjamin ketersediaan pakan bagi hewan yang mereka ternak. Suku ini tak punya jalur yang khusus saat berpindah tempat, mereka biasanya akan pergi ke wilayah yang terdapat tanaman dan air yang di jadikan makanan bagi ternak mereka. Kebiasaan beternak ini sudah turun-temurun di jalankan oleh suku Qashqai yang diturunkan oleh nenek moyang mereka.

Sejak dulu nenek moyang mereka mengandalkan hidupnya dengan memelihara domba, kambing, keledai, dan kuda yang digunakan untuk perdagangan dan juga makanan. Selain beternak suku ini juga terkenal dengan kepiawaianya dalam menghasilkan kerajinan tangan berupa kain tenun. Keindahan kerajinan kain dari suku Qashqai bahkan merupakan buruan para kolektor dunia karena sudah terkenal keindahanya.

Namun seiring dengan perkembangan jaman, sebagian besar suku Qashqai sudah lebih memilih untuk tinggal dan menetap di suatu wilayah. Mereka mulai mendirikan rumah permanen untuk tinggal namun masih mengandalkan sumper pendapatan utamanya dari beternak dan menenun. Hanya sedikit anggota suku Qashqai yang masih tinggal sejara nomaden dan menjadi penjelajah di gurun-gurun yang ada di Iran.

BACA JUGA:Musim Hujan Tiba, Yuk Pilih Pembersih Kaca Mobil Terbaik

Suku Gabra - Kenya & Ethiopia
Suku pengelana selanjutnya bernama Gabra, sebuah suku pengelana yang biasa hidup berpindah-pindah diantara wilayah dua negara yaitu Kenya dan Ethiopia yang bertetanga. Orang Gabra biasanya akan membuat pemukiman sementara di sebuah wilayah dan menempati tempat tersebut selama beberapa waktu. Suku Gabra baru akan berpindah tempat jika merasa sudah tak ada pasokan makanan yang cukup bagi hewan ternak di wilayah yang mereka diami.

Suku ini juga dikenal dengan julukan Suku Unta, karena mayoritas hewan ternak mereka adala Unta. Hewan ini banyak dipelihara oleh orang Gabra karena ketahanan mereka terhadap cuaca panas dan kurangnya pasokan air. Unta yang mereka pelihara juga sangat jarang disembelih untuk konsumsi, suku Gabra biasanya hanya akan mengambbil susunya saja. Sedangkan untuk kebutuhan makan, suku ini lebih sering berburu hewan liar yang ada di hutan. Sayangnya saat ini jumlah Suku Gabra yang tersisa hanya tinggal sedikit, akibat konflik berkepanjangan yang melanda Kenya.

BACA JUGA:Ini Dia Perbedaan Chery Omoda 5 RZ dan Z yang Perlu Diketahui

Kuchi - Afganistan
Suku pengelana berikutnya berasal dari daratan Afganistan yang hingga kini masih dilanda konflik internal berkepanjangan. Suku tersebut adalah Kuchi, satu-satunya suku pengelana Afganistan yang masih bisa bertahan hingga saat ini. Namun kehidupan suku ini sekarang, bisa dibilang cukup mengenaskan, karena banyak dari mereka yang di bantai baik itu oleh Taliban maupun orang-orang dari pertambangan minyak.

Hal ini mengakibatkan jumlah dari suku Kuchi menurun dengan drastis dari dulunya berjumlah sekitar 2 juta jiwa lebih hingga hanya tinggal beberapa ratus ribu orang saja. Padahal suku ini telah mendiami Afganistan sejak ribuan tahun yang lalu dan sangat setia dengan gaya hidup nomaden mereka dengan berpindah tempat sesuai dengan musim yang ada.

BACA JUGA:Musim Hujan Tiba, Yuk Pilih Pembersih Kaca Mobil Terbaik

Suku Tuareg - Gurun Sahara
Tuareg merupakan sebuah suku nomaden yang biasa berpindah-pindah di wilayah gurun Sahara. Berbeda halnya dengan kebanyakan suku pengelana dalam daftar ini yang terancam kepunahan. Jumlah suku Tuareg bisa dibilang cukup banyak, saat ini jumlah mereka diperkirakan sekitar 1.5 juta jiwa yang tersebar di seluruh wilayah gurun Sahara.

Sama halnya dengan kebanyakan suku pengelana, suku Taureg juga menggantungkan hidupnya dengan beternak. Hanya saja selain beternak suku ini juga melakukan perdagangan dengan warga di wilayah yang mereka singgahi. Suku ini juga memberlakukan aturan Kasta dalam komunitasnya, dimana ada dua golongan Kasta yaitu Bangsawan dan Pekerja. Dua Kasta ini memiliki tugasnya masing-masing dimana Kasta pekerja akan mengurus ternak dan segala urusan yang berhubungan dengan pekerjaan, sedangkan Kasta bangsawan biasanya akan mengurusi masalah diplomasi pada pemerintah maupun kelompok masyarakan di wilayah yang mereka singgahi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: