Menyusuri Kerajaan Bekantan di Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan Tarakan
Bekantan yang sedang hinggap dari pohon ke pohon -Akun Instgram @bacpakerjakarta-
BENGKULUESKPRESS.COM - Selain dikenal dengan destinasi wisata air terjunnya yang menakjubkan, Kalimantan Utara juga memiliki destinasi wisata yang tak kalah menarik yaitu Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan.
Kawasan ini terletak di Jalan Gajah Mada, Kota Tarakan, Kalimantan Utara. Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan dikenal dengan julukan "istana para bekantan". Hal ini di sebabkan banyaknya spesies bekantan yang berkembang biak di Kawasan Konservasi.
Kawasan Konservasi Mangrove dan Bekantan dibentuk pada tahun 2001 dengan luas hanya 9 hektar. Namun Seiring berjalannya waktu luas kawasan ditambah menjadi 22 hektar.
Kawasan ini memiliki tumbuhan mangrove yang menjadi salah satu kekayaan khas Indonesia, khususnya wilayah pesisir. Hutan mangrove memiliki peran penting dalam menjaga kelestarian ekosistem dan menjaga kelestarian flora dan fauna yang ada di dalamnya.
BACA JUGA:Pantai Ngedan, Pantai dengan Keunikan Panorama Batuan Karang Nan Eksotis di Gunung Kidul
Menurut data, saat ini populasi bekantan di kawasan konservasi ada 45 ekor, dan mereka terbagi atas dua kelompok besar.
Bekantan tersebar di hutan bakau, rawa, dan hutan pantai di Pulau Borneo (Kalimantan, Sabah, Serawak, dan Brunei). Bekantan menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon dan hidup dalam kelompok-kelompok yang berjumlah antara 10 sampai 32 ekor.
Bekantan yang tinggal di sekitar Kawasan Konsevasi Mangrove dan Bekantan -Akun Instgram @bacpakerjakarta-
Nah, agar para bekantan di kawasan konservasi itu tak keluar dari habitatnya, setiap hari pengelola kawasan konservasi memberi mereka makanan pisang yang cukup banyak. Setiap hari sekitar pukul 10.00 Wita, seorang petugas menyiapkan beberapa tandan pisang dan membawanya dengan gerobak menyelusuri jembatan ulin yang membelah kerimbunan hutan mangrove.
Setelah beberapa puluh meter membawa gerobak dari gudang makanan itu, muatan itu dibongkar dan dipindahkan ke sebuah bangunan mirip altar terbuat dari papan ulin. Itulah meja makan para bekantan penghuni hutan mangrove.
BACA JUGA:5 Rekomendasi Wisata yang Wajib dikunjungi Saat ke Kalimantan Barat
Menu pisang itu sesungguhnya hanya makanan suplemen. Tujuannya agar bekantan tidak liar atau keluar dari kawasan konservasi di tengah kota itu. Tanpa pisang, bekantan tetap tidak kekurangan pakan selama hutan mangrove terjaga karena makanan utama sesungguhnya adalah pucuk daun serta buah pohon bakau.
Kawasan ini di pesisir ini dilengkapi gazebo, jembatan ulin di sekeliling lingkungan, dan sebagian sudah dibangun jembatan permanen dari beton. Jika beruntung bisa wisatawan melihat biawak dan berbagai jenis burung laut atau yang habitatnya di pohon bakau.
Jalur Yang digunakan para pengelola untuk memberi makan bekantan -Akun Instagram @kkmbtarakan -
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: