Falsafah Hidup Ala Orang Jawa, 'Menang Tanpo Ngasorake'

Falsafah Hidup Ala Orang Jawa, 'Menang Tanpo Ngasorake'

Menang tanpo ngasorake merupakan kalimat maknawi. Jika dicermati dengan seksama, maka ungkapan tersebut bermakna mengalahkan diri sendiri. -Bengkulu Ekspress-Istimewa

BENGKULUEKSPRESS.COM -  Menang tanpo ngasorake atau menang tanpa mengalahkan falsafah hidup orang jawa yang juga digagas oleh Raden Mas Panji (RMP) Sosrokartono. Kamu sudah tahu maknanya?

Kakak dari Raden Ajeng (RA) Kartini ini telah menyumbangkan banyak falsafah hidup Jawa. Beberapa falsafahnya dirujukkan untuk pemimpin, baik itu pemimpin diri sendiri maupun pemimpin kekuasaan sebenarnya. Termasuk menang tanpo ngasorake ini.

BACA JUGA:Daftar Deposito Syariah Terbaik yang Bisa Jadi Pilihan! Untung dan Bebas Riba

Apa makna menang tanpo ngasorake?

Menang tanpo ngasorake merupakan kalimat maknawi. Jika dicermati dengan seksama, maka ungkapan tersebut bermakna mengalahkan diri sendiri. 

Jadi yang menang adalah dirinya di atas dirinya sendiri. Yang menang adalah iman, rasa, sukma, dan urip atau hidup yang lebih dekat dengan Tuhan. Bukti kedekatan itu bisa dilihat dari semakin taatnya ia beribadah kepada Tuhan dan menjauhi segala larangannya.

BACA JUGA:Sebelum Rilis! Yuk Kita Intip Spesifikasi Poco X5 Pro

Tentang hawa nafsu

Di mata masyarakat, nafsu masih dipandang sebagai hal negatif. Padahal tidak semua nafsu itu negatif, seperti keinginan beribadah kepada Tuhan. Imam Al Ghazali mengibaratkan hawa nafsu itu seperti seorang kusir yang sedang mengendalikan kuda. 

Maksudnya, hawa nafsu sebaiknya dikendalikan, bukan dibunuh, sebagaimana kuda. Karena jika manusia tidak memiliki hawa nafsu, maka ia akan kesulitan beribadah kepada Tuhan. Bukti bahwa seseorang sudah mengalahkan hawa nafsunya adalah ketika sudah tidak lagi mengumbar hawa nafsunya melalui kepuasan jasmaniah.

BACA JUGA:Kelahiran Weton Jumat Kliwon, Orangnya Pandai Memengaruhi Cocok Jadi Pemimpin!

Falsafah RMP Sosrokartono ini secara eksplisit dan implisit mencerminkan ajakan agar orang jawa lebih banyak melihat dan mengenal diri: mengenal potensi diri, kelebihan dan keunggulan, minat bakat, dan segala tentang dirinya.

Jika falsafah ini diaplikasikan secara istiqomah, manusia tersebut akan mengenal dirinya. Sebagaimana makna kalimat bijak yang berbunyi “barang siapa mengenal dirinya, maka ia mengenal Tuhan.”

BACA JUGA:Begini Cara Mudah Miliki Kendaraan Listrik Impian, Dengan Pembiayaan Syariah

Namun orang yang mengenal tuhannya, ia akan menjadi bodoh. Tentu orang bodoh di sini bermakna kiasan. Seseorang bila sudah bersandar kepada Tuhan, ia tidak lagi mengandalkan akal dan pikirannya (rasio) saja, tatapi lebih memfokuskan pada hati nurani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: