Cerita Mistik Sultan HB IX, Bertemu Nyi Roro Kidul

Cerita Mistik Sultan HB IX, Bertemu Nyi Roro Kidul

Sebagai lulusan Belanda Sri Sultan Hamengkubuwono IX tetap saja tidak bisa lepas dari budaya keraton yang terkadang terselubung misteri-Bengkulu Ekspress-Istimewa

Tak hanya Panembahan Senopati, hubungan ini terus berlanjut kepada keturunannya yang kelak menjadi raja Mataram baik di Surakarta maupun Yogyakarta. Walau hingga kini belum ada pembuktian yang bisa menjawab tentang kebenaran hubungan "dua dunia" ini.

BACA JUGA:Mitos Bunga Kantil yang Dikaitkan dengan Dunia Gaib

Tetapi Sri Sultan mengakui punya pengalaman khusus dengan penguasa Pantai Selatan ini. Dirinya mengaku berkesempatan untuk melihat Eyang Rara Kidul -- panggilan Sultan pada Ratu Kidul--setelah menjalankan ritual tertentu, seperti berpuasa.

"...Pada waktu bulan naik, Eyang Rara Kidul akan tampak sebagai gadis yang amat cantik, sebaliknya apabila bulan menurun, dia tampil sebagai wanita yang makin tua," ungkap Sri Sultan.

Selain itu, tradisi Labuhan yaitu melempar atau membuang sesaji yang mengapung di laut atau di sungai peninggalan Panembahan Senopati juga masih dipertahankan pihak kerajaan.

Menurut Sultan, biasanya barang yang akan dilabuh akan ditaruh di atas semacam getek, lalu akan didorong ke Laut Jawa, barang itu nanti akan hilang walau setelah beberapa lama akan kembali lagi.

Kegiatan ini akan dilakukan pihak keraton satu tahun sekali, tetapi giliran pada tahun dal (sekali dalam delapan tahun), barang yang dilabuh akan lebih lengkap. Barangnya pun cukup mahal untuk ukuran saat itu.

BACA JUGA:Lagi Ini Dianggap Dapat Memanggil Setan yang Seram!

Sebagai lulusan Belanda, Sri Sultan memang perlu berkompromi dengan beragam tradisi tersebut. Walau beragam kisah ini tidak bisa dinalar oleh akal sehat, banyak juga kejadian yang membuatnya harus percaya akan pantangan itu.

Walau memang pada zamannya, Keraton Yogyakarta sudah mulai terbuka misalnya mempersilahkan lahannya untuk Universitas Gajah Mada atau kunjungan turis. Tetapi masih ada berbagai tempat yang dirinya tidak berani ubah, karena adanya pantangan.

Salah satunya kisah Gubernur Belanda, Dr Adam yang pernah ngotot tetap memakai pakaian Belanda saat mengunjungi makam Imogiri. Padahal saat itu Sri Sultan Hamengkubuwono VIII telah memperingatkan.

Akhirnya ketika sedang naik tangga yang jumlahnya ratusan itu, Dr Adam harus cepat-cepat turun kembali. Ketika seorang petugas mengabarkan berita duka kepadanya.

"...Karena anaknya baru saja mengalami kecelakaan serius dan dia harus segera datang ke tempat kecelakaan. Suatu musibah, bagaimana pun telah menyebabkan Adam tak sampai di atas," terang Sri Sultan.

Cerita penampakan Sultan Agung

Setelah Kemerdekaan RI tahun 1945, suatu hari seorang komandan tentara meminta izin kepada Sri Sultan HB IX agar memberi rekomendasi tempat untuk pertemuan para kiai. Sultan kemudian menunjuk wilayah sekitar Ambarukmo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: