Sopir Angkot Dilema
--
BENGKULU, BE - Kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sejak akhir tahun 2022, menjadi dilema bagi para sopir angkutan kota di Kota Bengkulu hingga sekarang. Karena, para sopir angkot tak bisa mengimbangi kenaikan BBM tersebut. Bila mereka menaikkan tarif angkot tak mendapatan penumpang. Sebaliknya bila tarif tidak dinaikkan justru mereka merugi
Salah seorang sopir Angkot jurusan Panorama-Betungan Minhadi Likson (40) mengatakan kepada Bengkuluekspress.com, Selasa (9/1), pasca kenaikan harga BBM ia sempat menyesuaikan tarif angkot, yang tadinya Rp 5 ribu untuk sekali dinaikkan menjadi Rp 7 ribu, namun tidak lama harus kembali diturunkan lagi ke Rp 5 ribu. Karena, tidak ada penumpang mau naik angkotnya disaat tarif dinaikkan.
''Mau bagaimana lagi kita tidak bisa menaikan tarif, karena para penumpang sudah tau tarif biasanya. Kalau tetap dinaikan penumpang keberatan dan banyak yang protes,’’ ujar Minhadi Likson
Kondisi itupun berdampak langsung terhadap pendapatan sopir Angkot. Biasanya satu hari bisa menghasilkan keuntungan Rp 150 ribu-Rp 170 ribu. Sekarang hanya mendapatkan keuntungan Rp 85 ribu-Rp 100 per hari.
''Biasanya dari keuntungan sehari kita menyisihkan untuk biaya perwatan mobil, namun sekarang cuma untuk modal biaya dapur saja,’’ ngkapnya.
Kenaikan BBM ini juga berdampak ke harga jual oli kendaraan,terutama mobil yang biasanya Rp 93 ribu menjadi Rp 120 ribu, biasanya diganti per 1 bulan sekali, sekarang sampai 2-3 bulan sekali.
''Harapan saya agar pihak yang terkait lebih mempertimbangkan dan mendengarkan lagi suara dari rakyatnya, agar tidak terus menaikan BBM,’’ tutupnya.
BBM bisa membuat semua lini mengalami kenaikan, karena semua yang orang jual itu baik jasa maupun barang menggunakan bahan bakar, apakah itu untuk biaya perjalanannya atau juga biaya produksinya. (MG3)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: