Tidak Dilayani SPBU, Pengusaha Angkutan Peti Kemas di Bengkulu Protes

Tidak Dilayani SPBU, Pengusaha Angkutan Peti Kemas di Bengkulu Protes

Foto bersama usai di depan kontainer dan truk pengangkut kontainer-(foto: nur miessuary/bengkuluekspress.disway.id-

BENGKULU, BENGKULUEKSPRESS.COM - Mobil pengangkut peti kemas atau kontainer melakukan aksi mogok akibat dari pelarangan penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Bio Solar atau solar subsidi bagi kendaraan pengangkut kontainer.

Diungkapkan Kepala Operasional PT. CML, Roli Anggara, pihaknya telah dilarang membeli solar subsidi hampir 6 bulan lamanya. Belum lagi ditambah pembatasan pembelian BBM subsidi oleh Pemerintah melalui aplikasi MyPertamina.

"Kurang lebih sejak sebelum lebaran kami tidak mengisi, jadi lebih kurang sudah hampir 6 bulan," ungkap Roli, Rabu (28/9/2022).

Ia mengatakan, surat dari Gubernur Bengkulu Nomor: 670/1299/ESDM/2022 tanggal, 21 Juli 2022 perihal Pengendalian dan Pendistribusian BBM jenis solar bersubsidi.

BACA JUGA:Viral Pengguna Aplikasi MyPertamina Sudah Digunakan Orang Lain, Ini Kata Pertamina

Sejak tanggal surat tersebut diterbitkan truk kontainer atau peti kemas yang beroperasi di Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu sudah bisa dilayani untuk mengisi BBM jenis solar subsidi.

"Sempat berjalan, kita juga sudah masukkan ke instansi terkait surat secara tertulis maupun secara lisan kita pertemuan. Baik ke Dishub, ESDM dan Polres, semua sudah kita kirim termasuk ke Gubernur," terang Roli.

Akan tetapi, sejak tanggal 26 Agustus 2022, truk kontainer/peti kemas milik perusahaan perusahaan JPT yang beroperasi di Pelabuhan Pulau Baai, Bengkulu tidak bisa dilayani kembali untuk mengisi BBM solar subsidi di SPBU.

Akibat hal ini sehingga sangat menghambat pada kelancaran distribusi barang barang kebutuhan pokok masyarakat Bengkulu.

"Dikarenakan tidak bisa mengisi solar subsidi di SPBU, sementara barang-barang yang ada di kontainer ini adalah barang pokok, seperti tepung, sabun, makanan, minyak goreng, sampai bahan material pun ada disini, jadi sangat besarnya dampaknya bagi kami," jelasnya.

Ia menjelaskan jika menggunakan BBM jenis Dexlite, membuat ongkos logistik mengalami kenaikan. Kenaikan biaya logistik tersebut membuat banyak mitra kerja nya protes.

"Kita sudah mengajukan ke kustomer, tapi mereka tidak setuju. Jadi mobil kita mogok, karena biaya operasional sangat membengkak dan kita tidak mampu lagi. Jadi sementara mobil kita tidak jalan," pungkasnya.

Padahal truk kontainer sangat vital untuk kelancaran distribusi barang barang yang mana jenis barang yang diangkut merupakan kebutuhan pokok masyarakat dan juga untuk mendukung program Tol Laut.

"Bisa dilihat disana ada kapal Tol Laut yang bersandar, tapi stag di pelabuhan, tidak bisa kita tarik karena kita tidak ada minyak SPBU tidak ada yang menerima kita untuk mengisisolar subsidi ini," sambung Roli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: