Orang Tua Siswa di Bengkulu Minta Belajar Tatap Muka Dilaksanakan

Orang Tua Siswa di Bengkulu Minta Belajar Tatap Muka Dilaksanakan

BENGKULU, BE - Model pembelajaran dalam jaringan (Daring) selama pandemi covid-19, kini banyak dikeluhkan orang tua siswa. Terutama dari kalangan yang kurang mampu. Pasalnya, belajar daring membuat orang tua (ortu) siswa harus mengeluarkan biaya untuk membeli kuota internet yang cukup mahal. Karenanya, ortu siswa meminta pemerintah membuka pembelajaran tatap muka. Eka, Warga Sawah Lebar, Kota Bengkulu, mengaku kewalahan, karena setiap pekan harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli pulsa data, anaknya yang sekolah di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). \"Sekolah daring ini butuh kuota. Setiap tiga hari sekali saya harus mengeluarkan Rp 9 ribu untuk pembelian kuota untuk pembelajaran daring. Namun kalau melalui aplikasi zoom kuota tersebut tidak cukup dalam sehari. Kalau dibilang tidak bisa terbeli ya bagaimana ini untuk keperluan sekolah,\" ujarnya. Penyandang tuna netra ini merasa keberatan dengan pembelajaran daring. Pasalnya, ia tidak memiliki pekerjaan dan gaji tetap. Untuk kebutuhan makanan saja ia hanya bergantung pada ibunya yang sudah renta. \"Saya tuna netra dan hanya tinggal ibu dan anak, karena suami saya sudah meninggal. Kebutuhan kami hanya dipenuhi dari hasil orang tua mengupas bawang,\" keluhnya. Ia bernafas lega setelah Ta\'mir Masjid Baitul Atieq Sawah Lebar, Kota Bengkulu, memberikan fasilitas wifi gratis. Anaknya yang semula diungsikan menginap ke rumah adiknya sudah disuruh pulang kerumah dan belajar di Masjid Baitul Atieq. \"Kami sangat senang dan terbantu dengan fasilitas wifi gratis ini, sehingga bisa belajar daring setiap hari danlancar,\" ucapnya. Meskipun begitu ia berharap pemerintah segera membuka pembelajaran tatap muka di sekolah. Hal yang sama dikeluhkan Salmitra, pembelajaran daring ini cukup menguras anggaran dan membutuhkan handphone android yang mumpuni spesifikasinya. Pasalnya, banyak tugas yang diberikan guru untuk mengunggah aplikasi. Jika handphone androidnya terbatas dengan memori maka handphone bisa eror. \"Kendala lainnya tidak semua orang tua bisa membelikan android sehingga kerap bergantian dengan android milik orang tua. Ketika orangtua pergi berkerja, anaknya tidak bisa apa-apa,\" cetusnya. Sebelumnya Koordinator Pengawas SMA/SMK se-Provinsi Bengkulu Yunirhan MPd menuturkan, sebenarnya pemerintah belum bisa menerapkan sistem pembelajaran daring, karena fasilitas di Bengkulu belum memadai. \"Belum seluruh daerah teraliri jaringan internet. Jadi yang bisa menikmati belajar daring hanya orang yang mampu dan sebagian besar hanya ada di perkotaan, \"jelasnya. Ia pun tak menampik keluhan dari keluarga pra sejahtera, jangankan untuk membeli gawai serta kuota, memenuhi kebutuhan sehari-hari saja mereka sangat kesulitan. \"Hal inilah yang harus dipikirkan Dinas Pendidikan, segera memanfaatkan dana dari Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Pembelajaran daring ini jangan dibebankan ke orang tua,\" pintanya. Dengan kondisi new normal seperti saat ini, Dinas Pendidikan dapat melakukan pengkajian dalam pembelajaran tatap muka, membuat teknis bagaimana pembelajaran ini dapat berjalan dengan tidak mengesampingkan protokol kesehatan covid-19. Ia meyakini tidak efektifnya pembelajaran daring justru bisa berdampak negatif terhadap kualitas pendidikan itu sendiri.  (247)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: