SBY Dinilai Ikut Ramaikan ‘Pasar Malam’ Politik
Reporter:
Rajman Azhar|
Editor:
Rajman Azhar|
Rabu 20-02-2013,20:20 WIB
JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Boni Hargen mengatakan, suasana politik di tanah air belakangan ini sudah seperti pasar malam. Dan presiden, menurutnya, ikut dalam hiruk-pikuk pasar malam itu.
\"Ini sudah kayak pasar malam dan presiden hadir di tengah-tengah hiruk-pikuk pasar malam itu,\" kata Boni Hargen dalam Dialog Kenegaraan, bertema \'Menakar Kewenangan DPD di Tahun Politik\', di gedung DPD, Senayan Jakarta, Rabu (20/2).
Kehadiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang juga Kepala Negara di \'pasar malam\' itu, menurut Boni membawa konsekuensi hilangnya kewibaan negara baik di mata rakyatnya maupun di dunia internasional.
Dikatakan Boni, untuk menghadapi seorang Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum misalnya, Presiden SBY sampai-sampai menggunakan atribut kenegaraan dengan cara menyampaikan sikap tentang kemelut internal Demokrat di Istana Negara.
\"Semua power yang sudah dikerahkan Presiden SBY ternyata tidak merubah keadaan. Anas tetap dengan sikap dan jabatannya sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. Sementara SBY merasa masalah sudah selesai,\" ujar Boni.
Menurut Boni, dalam menghadapi Anas, Presiden SBY sudah terlalu berlebihan menggunakan panggung politik dan simbol-simbol negara tanpa ada manfaatnya bagi Bangsa Indonesia.
Terakhir, Boni juga mengritisi para penasihat politik SBY yang membiarkan Kepala Negara mengurusi masalah politik praktis sekalipun dalam partai tersebut SBY menjadi Ketua Majelis Partai.
\"Mestinya, apa pun caranya, seorang Presiden, Kepala Pemerintahan dan Negara dilarang mengurus konflik internal partai apalagi isunya terkait dengan dugaan suap. Ini kesannya para penasihat politik mendorong-dorong SBY hadapi Anas Urbaningrum,\" imbuh Boni. (fas/jpnn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: