Pemuda Dituntut Tingkatkan Keahlian
BENGKULU, bengkuluekspress.com - Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Bengkulu mendorong para pemuda untuk meningkatkan kompetensi keahlian. Hal ini dilakukan mengingat Indonesia akan mengalami bonus demografi pada 2030-2040, sehingga jumlah penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif (berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun).
Kepala Dispora Provinsi Bengkulu, Atisar Sulaiman SAg MM mengungkapkan, pemuda milenial saat ini tengah menghadapi tantangan tersendiri, terutama menghadapi era digital. Meski begitu, kompetensi para pemuda dalam menguasai teknologi belum begitu maksimal.
\"Oleh karena itu, era digital harus mampu dimanfaatkan oleh para pemuda untuk meningkatkan kompetensi keahliannya, seperti menguasai teknologi dan bahasa asing,\" kata Atisar dalam acara Sarasehan Kepemudaan di Hotel Raffles Kota Bengkulu, kemarin (10/12).
Menurutnya, pengusaan teknologi dan bahasa asing di kalangan millenial masih sangat lemah. Bahkan pendidikan di Indonesia melahirkan anak muda yang memiliki pengetahuian yang general. \"Kurang memiliki kompetensi spesifik sehingga potensi lokal wisdom kita (indegenius people, indegenius cultur, indegrnius knowledge), tidak tergarap dengan maksimal,\" tuturnya di hadapan puluhan pemuda dari Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu.
Ia berharap para pemuda di Bengkulu bisa menguasai teknologi dan bahasa asing agar mampu mengambil kesempatan pada bonus demografi yang sebentar lagi terjadi di Indonesia. \"Pemuda millenial harus menguasai teknologi dan banyak bahasa asing, mempunyai kompetensi keahlian, berpikir dan bertindak untuk kemajuan masyarakat dan bangsanya, mampu memberikan ketauladanan, dan mengabdikan seluruh pengetahuannya untuk kemajuan bangsanya,\" tutupnya.
Sementara itu, Akademisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu, Prof Dr Kamaludin MM mengatakan, dengan menguasai teknologi dan banyak bahasa maka akan menjadikan para pemuda bisa berperan lebih pada bonus demografi yang akan akan terjadi. Apalagi saat ini seperti Jepang dari 1-3 orang di sana sudah berusia di atas 65 tahun. Sehingga bisa dikatakan tidak produktif lagi. \"Pemuda harus mengambil kesempatan ini, kalau negara lain tidak ada lagi penduduk yang produktif maka kita bisa mengisinya,\" kata Kamaludin.
Ia mengaku, tidak hanya Jepang, saat ini Tiongkok sudah mulai membuka diri untuk menghadapi bonus demografi. Mereka sudah memperbolehkan penduduknya memiliki anak lebih dari satu. Ini dilakukan, karena Tiongkok menilai jika jumlah penduduk dibatasi maka usia penduduk yang produktif akan berkurang. Sehingga membuat negaranya harus mengimpor tenaga kerja produktif dari negara lain. \"Tiongkok itu sudah menyiapkan diri sejak sekarang, karena mereka sadar, bonus demografi bisa menjadi ancaman bagi negara mereka,\" tutupnya.(999)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: