Fintech Dorong Inklusi Keuangan
JAKARTA, Bengkulu Ekspress -Perkembangan ekonomi digital membawa banyak dampak positif. Financial technology (fintech), metode pembiayaan digital, juga ikut menumbuhkan perekonomian dalam negeri. Salah satunya lewat penciptaan lapangan kerja baru.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebutkan, kontribusi sektor ekonomi digital terhadap perekonomian global mencapai 22 persen sampai 2016. Di Asia Tenggara, kontribusi ekonomi digital terhadap PDB terus menunjukkan tren positif. Tahun lalu kontribusinya berkisar 2,8 persen. Pada 2025, angkanya diproyeksikan mencapai 8 persen.
’’Ekonomi digital Indonesia diproyeksikan meningkat pesat pada 2025. Nilai pasarnya akan mencapai USD 100 miliar (sekitar Rp 1.425 triliun),’’ ujarnya saat membuka Indonesia Fintech Forum (IFF) 2019 di Jakarta kemarin (4/9).
Perkembangan ekonomi digital, menurut Darmin, sangat pesat. Dari tahun ke tahun, jumlah pengguna smartphone dan pengakses internet bertambah. Pada 2018, ada 133 persen pengguna smartphone dari total populasi. Jumlah pengakses internet berkisar 56 persen dari populasi.
Fakta itu menjadi katalis bertumbuhnya produk dan layanan fintech. Bahkan, fintech lebih ampuh mendorong inklusi keuangan ketimbang perbankan. Namun, tantangan fintech juga besar. Salah satunya adalah fenomena winner takes all seperti dalam dunia e-commerce. Selain itu, ada ancaman penyalahgunaan data nasabah fintech dan risiko pencucian uang.
’’Diperlukan ekosistem yang baik antara lembaga keuangan dan regulator,’’ kata Darmin. Regulator harus memahami lanskap, ekosistem, dan dinamika industri fintech sebelum mengeluarkan kebijakan dan peraturan.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) sekaligus Ketua Umum Kafegama Perry Warjiyo menyatakan bahwa fintech mengubah cara masyarakat mengakses layanan dalam jaringan (daring). ’’Kalau dulu makan harus ke restoran, sekarang tinggal klik di HP. Yang perlu duit investasi dulu harus ke investor, sekarang tinggal klik. Yang dulu mau selesaikan pembayaran harus ke bank, sekarang tinggal klik. Bahkan, yang mau pijat tinggal klik di HP,’’ terang Perry.
Menurut dia, berbagai kemudahan itu hanyalah permulaan. Dia optimistis fintech bakal mendatangkan lebih banyak lagi kemudahan. Perry menargetkan inklusi keuangan pada 2019 mencapai 60 persen. Penopang kenaikan inklusi keuangan tahun ini adalah program bantuan sosial (bansos) yang disiapkan untuk 10 juta keluarga penerima. ’’Memang dulu-dulunya di bawah 40 persen, lalu naik menjadi 51 persen. Tahun ini bisa 60 sekian persen,’’ ungkapnya.
Senior Vice President Financial Products Traveloka Alvin Kumarga menuturkan, bisnisnya turut mendukung terciptanya ekosistem fintech. ’’Selalu start with the user problem. Jangan buat produk tanpa mengerti masalah konsumen. Selalu fokus pada customer problem,’’ tuturnya. (dee/c14/hep)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: