PKM Dosen STKIP PGRI LubuklinggauHidupkan Pertanian Organik dan Tumbuhkan Jiwa Wirausaha

PKM Dosen STKIP PGRI LubuklinggauHidupkan Pertanian Organik dan Tumbuhkan Jiwa Wirausaha

CURUP, Bengkulu Ekspress - Dosen STKIP PGRI Lubuklinggau kembali menggelar kegiatan Program Kemitraan Masyarakat (PKM) . Dalam kegiatan yang bekerjasama dengan Ristekdikti tersebut, tiga orang dosen STKIP PGRI Lubuklinggau memberikan pelatihan terkait dengan sistem pertanian organik.

Tak hanya menghidupkan sistem pertanian organik, kegiatan PKM yang dilakukan tiga dosen tetap yayasan STKIP PGRI Lubuklinggau yaitu Ria Dwi Jayati MPd, Nur Fitriyana MPdSi dan Lucy Asri Purwasi MPdSi juga menumbuhkan jowa kewirausahaan petani. Dimana kegiatan tersebut dilaksanakan di Desa Karang Jaya Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong.

\"Kegiatan PKM yang kita laksanakan ini merupakan program hibah pengabdian dari Kemenristekdikti tahun pelaksanaan 2019 pada skem Program Kemitraan Masyarakat (PKM),\" sampai Ketua tim PKM Ria Dwi Jayati saat dikonfirmasi Rabu (7/8) kemarin.

Dijelaskan Ria kegiatan yang mereka laksanakan yaitu tentang cara pembuatan Pupuk Organik Cair (POC), kompos dan perstisida nabati. Dimana sasaran kegiatan tersebut adalah kelompok tani Permata yang beranggotakan 17 orang yang merupakan para petani sayuran di Desa Karang Jaya.

\"Dalam program ini, kami tidak hanya mengajarkan petani tentang cara membuat POC namun juga manajemen usaha hingga pemasaran POC yang mereka hasilkan,\" tambah Ria.

Dijelaskan Ria, Desa Karang Jaya dipilih sebagai lokasi kegiatan tersebut, karena menrutnya Desa Karang Jaya yang terdapat di Kecamatan Selupu Rejang merupakan daerah sentra pertanian yang cukup maju dan berkembang, masyarakat khususnya para petani sudah memiliki pemikiran yang maju dalam hal bercocok tanam.

Terlebih lagi menurutnya, masyarakat Desa Karang jaya sudah menyadari pentingnya sistem pertanian organik guna pelestarian lingkungan berkelanjutan, masyarakat mulai menaruh perhatian pada produk-produk organik yang ramah lingkungan. Hanya saja menurut Ria minat masyarakat tersebut belum dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang cukup dalam pembuatan produk pertanian organik seperti POC, kompos dan perstisida nabati.

\"Melihat fenomena yang terjadi dimasyarakat tersebut, sehingga kami berinisiatif melaksanakan program ini di Desa Karang Jaya, sehingga masyarakat bisa menerapkan sistem pertanian organik yang ramah lingkungan,\" paparnya.

Disisi lain, menurut Ria, selain minat masyarakat untuk bertani organik cukup tinggi, di Desa yang ada dikawasan wisata Danau Mas Harun Bastari tersebut banyak ditemukan tanaman paitan yang tumbuh liar di pinggir jalan, lahan kosong dan kebun-kebun petani.

Selama ini para petani menganggap tanaman yang mengandung beberapa unsur untuk pupuk organik seperti Nitrogen, Pospor dan Kalium tersebut hanya menganggapnya sebagai tanaman gulma. Padahal menurutnya tanaman yang mengandung senyawa Alkaloid, Flavonoid, Saponin dan Tanin yang bersifat toksis bagi beberapa jenis hama sehingga berpotensi dijadikan sebagai pestisida nabati.

\"Desa Karang Jaya yang merupakan salah satu sentra Agrowisata di Rejang Lebong ini sangat ramai dikunjungi wisatawan, ramainya kunjungan wisatawan tersebut bisa menjadi peluang untuk memasarkan POC, kompos dan pestisida nabati daun paitan,\" tambah Nur Fitriayana

Selain itu, menurut Nur, produk yang dihasilkan dari program ini diharapkan bisa menjadi icon atau ciri khas dari Desa Karang Jaya, terlebih lagi didaerah tersebut belum ada yang menciptakan peluang usaha seperti itu.Dalam kegiatan PKM tersebut, dilakukan dengan beberapa tahapan mulai dari observasi, sosialisasi, pelatihan dan dilanjutkan dengan praktek langsung dan pendampingan dalam produksi, manajemen usaha dan pemasaran.

Disisi lain, Lucy Asri Purwasi menjelaskanpelaksanaan program PKM ini sudah berjalan mencapai ± 70% yaitu sampai pada tahap produksi, selanjutnya jika produk sudah jadi atau matang maka akan dilanjutkan dengan kegiatan manajemen usaha dan pemasaran.

\"Kegiatan ini melibatkan masyarakat awam dengan karakter, tingkat pengetahuan dan budaya yang berbeda-beda dibutuhkan kesabaran, keluwesan dan ketegasan yang terintegrasi dengan baik, untuk dapat menyatukan keberagaman tersebut sehingga visi dari program ini dapat tercapai,\" terang Lucy.

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Permata Sumitro melalui sekretarisnya Iwan Rosidin mengaku selama ini kelompok mereka yang memiliki anggota 15 orang belum pernah mendapatkan pelatihan pertanian yang mengarah ke pembuatan produk pertanian organik dan bernilai komersil, jadi kelompok tani menyambut dengan sangat antusias program ini.

\"Kami sangat berterima kasih atas pelatihan yang diberikan ini, karena kami bisa tahu cara membuat pupuk organik cair, kompos dan pestisida nabati, sehingga kami bisa bertani secara organik yang berkelanjutan,\" aku Iwan Rosidin.(251/krn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: