Warga Keluhkan Fogging
BENGKULU, Bengkulu Ekspress- Sejak memasuki musim hujan beberapa bulan lalu hingga saat ini, masyarakat Kota Bengkulu selain dikepung banjir, juga diserang Demam Berdarah Dangue (DBD). Potensi DBD ini terjadi hampir disetiap kelurahan, terutama daerah padat pemukiman.
Keluhan warga ini disampaikan kepada Anggota DPRD Kota bengkulu Dapil 2, Sandy Bernando, Mardiyanti, Steven Nawahir, Bahyudin Basrah, Imran Hanafi dan Nazarudin saat menggelar reses di kantor Camat Muara Bangkahulu, kemarin (12/12) Sandy Bernando mengatakan, warga juga mengeluhkan sulitnya pemerintah daerah menindaklanjuti permintaan fogging. Padahal ada beberapa titik yang sudah banyak memakan korban, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Namun tidak tindaklanjuti pemerintah, meski sudah dilaporkan kepada pihak berwenang, baik melalui puskesmas maupun Dinkes.
\"Makanya tadi kita berikan pemahaman kepada warga bukan berarti hanya melaporkan ke dinas terkait saja, tetapi bisa disampaikan kepada anggota dewan yang tinggal di daerah itu, agar bisa kita langsung tindaklanjuti. Dengan begitu, nanti lebih cepat untuk di fogging,\" kata Sandy, kemarin (12/12).
Menurutnya, fogging bukan satu-satunya cara untuk bisa terhindar dari DBD, tetapi juga didukung oleh kesadaran masyarakat menjaga lingkungan tempat tinggal baik, di rumah pribadi maupun kebersihan lingkungan minimal dalam ruang lingkup RT. Apalagi musim hujan menyebabkan banyaknya air tergenang di sudut-sudut pekarangan rumah, sehingga menjadi tempat bersarang nyamuk yang sebenarnya dikala hujan proses kembang biak nyamuk lebih cepat dari biasanya.
\"Ada sampai 18 daerah yang terkena DBD tadi di beberapa kelurahan. Ini juga sudah masuk musim hujan, tapi sampai saat ini berkaitan dengan dana fogging itu sendiri masih tersedia, jadi tinggal cara kita menyampaikan saja agar laporan itu bisa terealisasi,\" ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bengkulu, Susilawaty S.Sos, M.Kes menjelaskan ketika 1 bulan yang lalu suatu daerah itu pernah dilakukan fogging, maka tidak bisa dilakukan fogging lagi, karena insektisida yang merupakan zat kimia berbahaya itu tidak baik untuk organ tubuh manusia, sehingga memiliki risiko terhadap kesehatan jika sering dilakukan fogging.
\"Inikan ada petugas lapangan, jadi ketika ada laporan itu, petugas melakukan survei atau tim investigasi cepat akan menindaklanjuti. Tetapi ketika sebulan lalu pernah difogging, maka tidak bisa lagi, maka kita selektif mungkin,\" kata Susilawaty.
Ia juga mengungkapkan, dari banyaknya laporan warga, sebagian diantaranya tidak bisa ditindaklanjuti karena ada kekurangan syarat dalam laporan tersebut, sehingga tidak masuk dalam skala prioritas untuk dilakukan fogging. \"Ketika ada laporan pasien tetapi dia suspek, tanda-tanda gejala seperti DBD, tetapi dilakukan pemeriksaan darahnya ternyata bukan. Kemudian kami melakukan survei jentik, ketika lebih dari 5 persen jentik yang ditemukan maka kami lakukan fogging, tetapi kalau kurang dari itu maka tidak dilakukan fogging,\" paparnya. (805)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: