Masyarakat Lebih Pilih Merokok Daripada Rumah

Masyarakat Lebih Pilih Merokok Daripada Rumah

BENGKULU, Bengkulu Ekspress- Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu pada Maret 2018, rokok kretek filter memberikan kontribusi angka kemiskinan sebesar 14.99 persen di perkotaan dan 11.74 persen di pedesaan sementara itu perumahan hanya memberikan kontribusi angka kemiskinan sebesar 7.73 persen diperkotaan dan 6.83 persen dipedesaan. Hal ini menunjukkan bahwa orang miskin lebih peduli dengan rokok kretek filter daripada memiliki sebuah rumah.

Pakar Ekonomi Universitas Bengkulu, Prof Dr Kamaludin SE MM mengaku, kenaikan harga rokok merupakan salah satu faktor yang menyebabkan naiknya angka kemiskinan. Akan tetapi kenaikan harga rokok lebih besar pengaruhnya dari harga perumahan untuk mempengaruhi kenaikan angka kemiskinan di masyarakat perkotaan dan pedesaan.

\"Orang-orang lebih care rokok dari pada punya rumah. Kamu lebih senang kena hujan dari pada tidak merokok,\" kata Udin, kemarin (18/7).

Jika mengalisa berdasarkan data BPS, maka merokok adalah hal wajib yang harus dilakukan oleh masyarakat. Meskipun mereka tidak memiliki rumah tetapi dengan merokok akan membuat mereka berasa memiliki rumah. \"Ini adalah kesalahan yang fatal, harusnya kalangan masyarakat miskin lebih peduli tempat tinggal mereka daripada merokok,\" tegas Udin.

Selain itu permasalahan lainnya yang terjadi di kalangan masyarakat miskin yaitu permasalahan kesehatan dan pendidikan. Dua komoditas non makanan ini selalu diabaikan oleh masyarakat miskin padahal merupakan kebutuhan yang amat penting. Bayangkan ada 1.01 persen masyarakat di kota dan desa tidak peduli dengan kesehatannya bahkan 2.67 persen di kota dan 1.45 persen masyarakat didesa tidak peduli pendidikannya. \"Jadi porsi kebutuhan kesehatan dan pendidikan tidak begitu penting bagi masyarakat kalangan miskin, yang mereka butuh hanya rokok kretek filter itu sudah cukup,\" tuturnya.

Meskipun begitu, kontribusi beberapa komoditas makanan dan non makanan selain berpengaruh terhadap angka kemiskinan juga berpengaruh terhadap inflasi daerah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan yaitu dengan mengendalikan inflasi. \"Dengan inflasi terkendali maka penduduk miskin juga bisa ditekan, karena ketika seluruh harga barang mahal maka orang miskin akan kesulitan mencukupi hidupnya,\" tukasnya.

Sementara itu, Kepala Perwakilan BI Provinsi Bengkulu, Endang Kurnia Saputra mengaku, mengendalikan inflasi merupakan salah satu cara pemerintah manurunkan angka kemiskinan. \"Inflasi tinggi membuat penambahan income seolah jadi kurang berarti. Nah jadi kuncinya adalah penanggulangan inflasi terutama pada komoditas yang berkontribusi paling besar pada pengeluaran keluarga miskin,\" ujar Endang.

Endang menuturkan, komoditas utama yang perlu dikendalikan inflasinya bagi masyarakat adalah beras. Karena beras memberikan kontribusi kemiskinan yang cukup tinggi baik di pedesaan maupun diperkotaan.

\"Beras sampai 19.16 persen di kota dan 27 persen di desa, jadi intinya beras yang enggak boleh naik. Sekali naik pengaruhnya langsung 19 hingga 27 persen,\" jelas Endang.

Selain beras, komoditas lain yang berpengaruh terhadap angka kemiskinan adalah rokok kretek filter, cabe merah, telur ayam, tongkol, gula pasir, hingga daging ayam ras. \"Jadi kalau kita lihat salah satu permentasi kemiskinan adalah inflasi pada komoditas-komoditas yang tadi. Makanya kita harus sama-sama menjaga harga komoditas yang tadi agar tetap stabil,\" tukas Endang.(999)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: