Sektor Peternakan Dongkrak Ekonomi
BENGKULU, Bengkulu Ekspress - Sektor peternakan masih berperan penting bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, terutama di daerah pedesaan di Provinsi Bengkulu. Sektor ini juga banyak menyerap tenaga kerja baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kepala Dinas Peternakan Dan Kesehatan Hewan Provinsi Bengkulu, drh Majestika MSd mengatakan, dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia kontribusi sub sektor peternakan sebesar 1,57 persen terhadap PDB Nasional Tahun 2017. Sedangkan di Provinsi Bengkulu menyumbangkan PDB sebesar 0.85 persen.
\"Untuk pembentukan PDB sektor pertanian tahun 2017, sub sektor peternakan berkontribusi sebesar 15,87 persen. Pertumbuhan PDB subsektor peternakan juga menunjukkan tren positif, dimana pada tahun 2017 tumbuh sebesar 3,83 persen,\" ujar Majestika, kemarin (9/7).
Ia mengungkapkan, dari data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2017, terdapat sekitar 3,84 juta tenaga kerja di Indonesia yang bekerja di subsektor peternakan. \"Sub sektor peternakan berkontribusi menyerap 11,51 persen tenaga kerja sektor pertanian. Sementara terhadap total tenaga kerja nasional, sub sektor peternakan berkontribusi sebesar 3,17 persen,\" kata Majestika.
Namun, salah satu faktor yang tidak boleh diabaikan dalam proses pembangunan, termasuk di sub sektor peternakan adalah perkembangan teknologi. Teknologi berperan penting bagi peningkatan produktivitas barang modal melalui inovasi yang dihasilkan.
\"Teknologi berperan penting dalam membantu peningkatan output per satu satuan tenaga kerja. Melalui inovasi dan teknologi, produktivitas tenaga kerja diharapkan mengalami peningkatan. Kita harus senantiasa tanggap terhadap perubahan cepat yang terjadi di dunia sekitar kita,\" jelasnya.
Jika terlambat mengantisipasi, maka di masa mendatang sektor peternakan hanya menjadi penonton dan pasar bagi komoditas hasil pengembangan teknologi. Ia berharap pelaku usaha peternakan di Indonesia khusunya Provinsi Bengkulu dapat saling berkomunikasi, berinteraksi dan terjadi transfer teknologi yang bermanfaat bagi pengembangan sub sektor peternakan. \"Saya harap pelaku usaha sektor peternakan bisa saling berbagi ilmu dalam pengembangan teknologi peternakan,\" tutupnya.
Pengamat Ekonomi, Dr Kamaludin mengatakan, industri peternakan saat ini belum terintegrasi dari hulu hingga hilir. Karena itu, para peternak perlu dikonsolidasikan dalam sebuah wadah besar. \"Apakah terkonsolidasi dalam sebuah organisasi, entah dalam bentuk PT, koperasi, gabungan perternak, tapi dengan jumlah peternak yang cukup banyak,\" ujar Udin.
Dengan bergabung dalam sebuah korporasi, menurut Udin, para peternak bisa lebih untung dan industrialisasi peternakan bisa berjalan lebih cepat. Terlebih jika korporasi tersebut dimiliki langsung oleh rakyat. \"Hitung-hitungan dari sisi bisnis, dari sisi ekonomi, harus dihitung betul-betul bisa menguntungkan dan bisa memberikan banyak manfaat kepada masyarakat.
Bagaimana membangun sebuah industri peternakan yang betul-betul seperti sebuah korporasi besar yang jumlahnya banyak, tapi yang memiliki adalah rakyat, para peternak,\" harap Udin.Ia menyebutkan, saat ini pemeliharaan sapi, domba, dan kambing sebagian besar dilakukan rumah tangga petani, baik sebagai usaha utama maupun bagian kecil dari suatu usaha terintegrasi, misalnya dengan tanaman pangan atau perkebunan.
Hal itu merupakan potensi yang cukup besar dalam pengembangan ekonomi kerakyatan, tetapi di sisi lain masih perlu untuk ditingkatkan karena masih banyak yang belum memenuhi skala ekonomis. Perbaikan usaha peternakan harus secara komprehensif dikembangkan dari hulu sampai hilir, dan penekanan pada proses bisnis sehingga mempunyai nilai tambah dan daya saing yang kuat untuk meningkatkan pendapatan peternak.
\"Perbaiki tata cara budi daya, panen, pascapanen, pengolahan, dan distribusi dengan cara yang baik, serta melakukan inovasi-inovasi di bidang pemasaran, akan meningkatkan nilai tambah bagi peternak,\" tukasnya.(999)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: