HONDA BANNER
BPBD

Banjir dan Longsor Susulan, Pencarian Korban Terhambat

Banjir dan Longsor Susulan, Pencarian Korban Terhambat

Bencana longsor terjadi di areal pengeboran panas bumi milik PT Pertamina Gheotermal Energy (PGE) Hulu Lais Kecamatan Lebong Selatan tepatnya di cluster A. Selain menimbulkan korban jiwa juga menyebabkan kerugian besar bagi perusahaan plat merah tersebut. Diungkapkan Humas PT PGE Hulu Lais, Lukman bahwa kerugian akibat becana alam longsor dan banjir bandang yang terjadi Kamis 28 April lalu membuat PT PGE mengalami kerugian mencapai Rp 500 Miliar lebih.

\"Ini baru hitungan kisaran, untuk hitungan detail kerugian belum dilakukan karena kita masih fokus melakukan pencarian korban yang masih tertimbun. Pastinya kerugian kita cukup besar angkanya diatas Rp 500 Miliar mengingat seluruh cluster A ini tertimbun longsor,\" ungkap Lukman.

Dijelaskan Lukman, untuk 1 cluster pihak PGE mengeluarkan biaya sekitar RP 40 Miliar hingga 50 miliar dan ini belum termasuk biaya pengeboran panas bumi. Dana Rp 50 miliar ini baru untuk pembersihan dan pembuatan fasilitas di lokasi, sedangkan untuk pengeboran per 1 lubang dibutuhkan biaya Rp 140 hingga Rp 150 miliar. \"Nah di cluster A ini sendiri ada 3 titik pengeboran artinya kita minimal mengeluarkan dana Rp 450 miliar,\" jelas Lukman.

Selain itu, dirinya juga mengatakan cluster A seluas 4 hektar saat ini rusak total akibat longsor dan banjir bandang. Cluster A ini sendiri sudah dalam tahapan uji coba produksi, potensi listik dari lokasi ini bisa menghasilkan 20 mega watt tenaga listrik. \"Dengan kejadian ini seluruh tahapan menjadi gagal,\" kata Lukman.

Usai pencarian korban yang masih tertimbun dilokasi, pihak PT PGE akan kembali memanfaatkan cluster A tersebut. Bahkan untuk sumur bor yang ada saat ini tidak ada masalah, karena pada saat kejadian kemarin 2 sumur dalam kondisi di tutup sedangkan 1 sumur lagi setengah terbuka karena sedang dilakukan uji coba. \"Sumur ini seluruhnya masih bisa di manfaatkan dan tidak ada masalah. Sehingga setelah pencarian korban selesai maka sumur ini akan kita manfaatkan kembali,\" pungkas Lukman.

Pasca terjadinya banjir bandang dan Longsor di lokasi Pengeboran Panas BUmi milik PT PGE di Cluster A, Pusat Vulkonaologi dan Mitigasi Bencana Geologi dibawah Badan Geologi Kementrian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menurnkan tim untuk melakukan Analisi Terkait Penyebab Benca tersebut. Tim Yang di Pimpin oleh Heri Purnomo dan 2 orang anggota yakni Nana dan Iqbal sejak hari Sabtu (30/4) lalu telah mengumpulkan data data yang selanjutnya akan di Analisi di Pusat Vulkonaologi dan Mitigasi Bencana Geologi Bandung.

\"Kita sudah dua hari di Lokasi Untuk mengambil Data data terkait dengan Bencan ini, Data yang kita kumpulkan yakni Susunan Batu dilokasi Kejadian, struktur tanah Vegetasi ALam, Kondisi Kemiringan, Kelerengan serta data Kelongsoran di lokasi. Data- data ini akan kita analisi untuk selanjutnya akan di keluarkan Rekomendasi yang akan disampaikan kepada Kemntrian ESDM, Pemerintah Daerah maupun pihak PT PGE ini sendiri. TUgas Kami Bukan mencari Siap yang salah namun murni untuk melihat penyebab kejadian dan Potensi Kebencanaan di kemudian hari. Hasil analisi ini lah natinya yang akan kita berikan sehingga Kedepanya bisa dilakukan Pencegahan Kejadian yang sama,\" ungkap Heri.

Ditambahkan Heri, kejadian Banjir bandang dan Lonsor di Wilayah Hulu Lais yang mengakibatkan Hancurnya Cluster A PT PGE ini munri Bencan alam, Bukan akibat dari Pengeboran. Berdasarkan data awal yang sudah dikumpulkan, Penyebab Lonsor dan bajir bandang ini karena di Bagian Atas Saluran SUngai Kotok ada akumulasi Lingsoran-lonsoran yang menutup aliran Sungai. Karena saat ini Curah Hujan cukup tinggi sehingga akumulasi air yang ada di Puncak Bukit yang sebelumnya terkumpul dalam Cekungan Jebol. \"Jadi air dari Cekungan ini masuk Ke Aliran Sungai, Volume air yang besar akhirnya menjebol Bendung alam di Saluran Sungai dan lonsor ini menimpa Lokasi Geotermal,\" jelas Heri

Belum Masuk BPJS Ketenagakerjaan

Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Lebong, Mustain Muhammad SE MSi melalui Kabid Tenaga Kerja (Naker) Januar Pribadi SSos MSi mengungkapkan, pihaknya menunggu laporan dari PT PGE tentang keanggotaan BPJS Ketenagakerjaan terhadap korban.

\"Jika ketiga pekerja dimasukkan dalam tanggungan BPJS Ketenagakerjaan oleh perusahaan, kita dari bidang ketenagakerjaan Pemerintah Kabupaten Lebong menunggu laporannya dari perusahaan,\" kata Januar. Dijelaskan Januar, sesuai aturan ketenagakerjaan, setiap perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 10 tenaga kerja wajib dimasukkan BPJS Ketenagakerjaan, jaminan dari perusahaan mulai dari kecelakaan kerja, jaminan kematian , jaminan pensiun hingga jaminan hari tua.

\"Karena jika ketiga pekerja ditanggung BPJS ketenagakerjaan yang dimasukkan oleh perusahaan, maka hak korban bisa diklaim sebagaimana petunjuk dan proses yang telah diatur oleh UU,\" ungkap Januar.

Terpisah Humas PT PGE, Lukman menyampaikan, dari 9 korban longsor, 3 diantaranya merupakan pekerja lokal di PT PGE. Ketiga korban masing-masing, adalah Sarnobi, Bito dan Deki. Saat kejadian longsor, ketiga korban sedang menjalankan tugas piket di Cluster A. Ditanyai mengenai adakan BPJS ketenaga kerjaan, Lukman menjawab ketiga pekerja tersebut belum dimasukkan ke BPJS ketenagakerjaan. Hal ini dikarenakan ketiga pekerja tersebut baru dua bulan lebih bekerja di PT PGE.

\"Kalau untuk BPJS Ketenagakerjaan mereka mungkin belum masuk karena mereka baru dua bulan bekerja, tapi hal ini akan kita konsultasikan ke pihak managemen. Namun untuk santunan pasti ada dari PT PGE untuk pekerja maupun masyarakat yang menjadi korban,\" ucap Lukman.(777)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber: