Plt Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah mengaku bangga atas penghargaan yang diberikan Google tersebut. Terlebih mendukung program Wonderful Bengkulu 2020, mulai akhir 2018 mendatang Pemda Provinsi Bengkulu akan menggelar Tout The Rafflesia. Untuk itu perlu adanya peran aktif seluruh stekholder untuk mempersiapkan event ini.
Lanjut Rohidin, mengungkit daya tarik wisata Bumi Rafflesia, jelas perlu adanya publikasi yang massif dan terstruktur. Sehingga ketika ada event di daerah, wisatawan bisa diajak untuk menikmati keindahan dan keunikan Bunga Rafflesia.
“Selanjutnya bagaimana kita melakukan publikasi secara massif dan sistematis, yang kemudian bisa membudidaya dan termasuk memprediksi atau bahkan menentukan kapan Rafflesia itu bisa mekar. Sehingga ketika ada event di daerah, dimungkinkan wisatawan nusantara dan asing bisa kita dampingi untuk melihat Bunga Rafflesia secara langsung,” pungkasnya.
Sesuai Kepres tersebut, ada tiga jenis bunga dinyatakan sebagai Bunga Nasional, yakni melati (Jasminum sambac) sebagai puspa bangsa, anggrek bulan (Palaonopsis amabilis) sebagai puspa pesona, dan padama raksasa atau Rafflesia arnoldii sebagai puspa langka.
Rafflesia Arnoldi merupakan salah satu puspa langka berukuran besar dengan ukuran diameter sekitar 1 meter bahkan lebih. Hal itu menyebabkan Rafflesia arnoldi disebut sebagai padma raksasa.
Rafflesia Arnoldi tumbuh merambat dan tak berdaun, sehingga tidak mampu melakukan fotosintesis seperti bunga lainnya. Rafflesia Arnoldii disebut bunga bangkai lantaran bunganya berbau seperti daging membusuk.
Kelopak bunganya yang merah montok dan dihiasi bintik-bintik putih hanya muncul dari Tetrastigma, tanaman mirip pohon anggur yang menjadi inangnya, saat siap bereproduksi. Di tempat terbuka, puspa langka ini bisa tumbuh dengan diameter 1 meter bahkan lebhi dan mekar beberapa hari. Bunga Rafflesia arnoldi banyak ditemukan di Provinsi Bengkulu dan menjadi daya tarik wisata di Bengkulu.
Untuk diketahui, Bunga Rafflesia merupakan genus tumbuhan bunga parasit. Awalnya puspa langka yang merupakan ikon masyarakat Bumi Rafflesia, pertama kali ditemukan di hutan hujan tropis Indonesia oleh seorang pemandu asal Indonesia yang bekerja untuk Dr. Joseph Arnold tahun 1818, yang kemudian dinamai berdasarkan nama Thomas Stamford Raffles sebagai pemimpin ekspedisi tersebut. (Dil)