Derita Len Septi (35), Pengumpul Barang Bekas yang Menderita Kanker Payudara

Senin 26-12-2016,10:00 WIB
Reporter : redaksi
Editor : redaksi

Tak Mampu Berobat, Harapkan Kepedulian Dermawan

Len Septi (35) warga asal Lubuk Sirih Kecamatan Manna yang tingal di Kelurahan Pasar Bawah Kecamatan Pasar Manna, sudah dua bulan ini mengidap penyakit kanker payudara. Wanita yang sehari-harinya mengumpulkan barang bekas dan sudah dikaruniai satu anak ini tidak mampu berobat, karena tidak punya biaya. Untuk mengetahui kondisi Len Septi, berikut laporannya.

ASRIANTO-Bengkulu Selatan

Saat disambangi di rumah saudaranya di dekat Pantai Pasar Bawah, Len terlihat seperti ibu tegar yang tidak mengindap penyakit. Sebab dari luar terlihat sehat dan tidak ada keanehan pada dirinya. Padahal ternyata sudah hampir tiga bulan ini mengidap penyakit kanker payudara pada dada sebelah kiri.

Diceritakan Len Septi, pada awalnya dirinya tidak menyadari akan mengidap penyakit payudara tersebut. Pasalnya hampir tiga bulan lalu, pada payudaranya sebelah kiri, timbul benjolan kecil. \"Saat itu saya hanya mengira benjolan biasa,” katanya mengawali pembicaraan.

Hanya saja, setelah dua bulan berlalu dan saat ini hampir tiga bulan, benjolan kecil tersebut terasa sangat sakit. Kemudian payudaranya semakin membengkak.

Kerena khawatir, dengan bermodalkan kartu BPJS ibu satu anak ini mendatangi Rumah Sakit Umum Daerah Hasanuddin Damrah (RSUDHD) Manna BS untuk memeriksakan payudaranya. Setelah itu dokter memeriksa dan melalukan pengambilan sampel daging tumbuh pada payudara Len yang sakit itu. Kemudian sampel dikirim ke rumah sakit di Palembang. “Dari hasil uji sampel tersebut, ternyata saya divonis menderita kanker payudara (tumor ganas red),” ujar Len sedih.

Kemudian, setelah hasil pemeriksaan laboratorium rumah sakit di Palembang tersebut diterima, dokter menyarankan Len dirujuk ke rumah sakit yang besar dengan peralatan yang lengkap yakni Palembang, Jakarta atau Bandung untuk mengobati kankernya itu.

Mendengar keterangan dokter, Len menjadi sedih dan bingung sebab jangankan untuk biaya berobat, biaya untuk makan sehari-hari saja dirinya kesulitan. “Jangankan untuk operasi, untuk makan saja saya kesulitan,\" katanya.

Karena tidak mampu berobata secara medis, Len kemudian memilih pengobatan alternatif, yakni berobat ke \'orang pintar\' di Kabupaten Kaur. Beruntung meskipun keluarganya miskin, keluarganya tetap mendukungnya dan memberikan bantuan untuk menjalani pengobatan alternatif itu dengan cara patungan atau sumbangan.

Hanya saja hingga saat ini penyakit tumor itu masih menggerogoti tubuh Len.

Di tengah sakit itu, Len masih terus mengumpulkan bekas minuman dan barang bekas untuk dijual, kemudian hasilnya sebagian untuk makan dan sebagian sebagai tambahan ongkos berobat ke Kaur.

Dengan kondisi yang dialaminya ini, Len beharap adanya bantuan pemerintah dan uluran tangan para dermawan agar dirinya bisa berobat secara medis, sebagai mana petunjuk dokter untuk menjalani operasi di rumah sakit di Palembang, Jakarta atau Bandung.

“Saya sangat berharap ada kepedulian para dermawan, agar sebelum penyakit saya ini makin membesar saya bisa mendapatkan biaya untuk operasi,” harap Len Septi penuh harap. (***)

Tags :
Kategori :

Terkait