Itu merupakan perbincangan telepon langsung pertama AS dan Taiwan selama lebih dari empat dekade terakhir.
”Dalam percakapan Jumat itu, dua pemimpin membahas hubungan ekonomi, politik, dan keamanan dua negara,” terang salah seorang anggota tim transisi Trump.
Dia menambahkan, kedua pemimpin juga saling mengucapkan selamat atas keberhasilan masing-masing memenangi pilpres. Tsai resmi menjadi presiden perempuan pertama Taiwan pada 20 Mei lalu.
Kemarin (3/12) media yang mengendus dialog jarak jauh Trump dan Tsai itu langsung menyebarluaskan berita tersebut kepada publik. Reaksi yang muncul pun beragam.
Gedung Putih, yang masih berisi orang-orang Presiden Barack Obama, terkejut. Sebab, Trump tidak pernah memberitahukan agenda percakapan telepon dengan Taiwan itu sebelumnya.
Saat banyak kritik yang tertuju kepadanya, Trump pun berkomentar lewat Twitter. Dia menegaskan bahwa bukan dirinya, melainkan Tsai-lah yang menelepon. Taiwan-lah yang berinisiatif untuk melakukan percakapan selama sepuluh menit itu. ”Presiden Taiwan MENELEPON saya hari ini (Jumat, Red) dan menyelamati saya atas kemenangan saya dalam pilpres. Terima kasih!” terang pebisnis Manhattan yang segera menarik diri dari dunia bisnis tersebut.
Sejak era Presiden Jimmy Carter pada 1979, AS mengubah relasi diplomatiknya dengan Taiwan. Jika sebelumnya AS memiliki hubungan langsung dengan Taipei, kini Washington hanya berhubungan dengan Beijing. AS juga menganut prinsip kebijakan Satu Tiongkok. Selama ini, segala bentuk kerja sama dengan Taiwan juga dibahas lewat Beijing. Jumat lalu Trump merombaknya.
”Saya rasa (telepon, Red) ini tidak akan mengubah kebijakan yang sudah pemerintah AS terapkan selama beberapa dekade,” kata Menteri Luar Negeri Wang Yi. Tapi, Beijing tetap saja melayangkan protes terhadap Washington terkait dengan aksi kontroversial Trump tersebut.
Juga, pemerintahan Presiden Xi Jinping sama sekali tidak menyalahkan Trump atas perbincangan telepon itu. Mereka yakin bahwa Taiwan-lah yang lebih pantas disalahkan.
Pada kesempatan terpisah, Dewan Keamanan Nasional (NSC) menegaskan bahwa perbincangan telepon Trump dan Tsai tidak mengubah kebijakan AS terhadap Taiwan serta Tiongkok. ”Tidak ada yang baru dalam kebijakan luar negeri kami terhadap dua wilayah yang terpisahkan selat tersebut,” papar Emily Horne, juru bicara NSC.
Trump juga berbincang lewat telepon dengan Presiden Filipina Rodrigo Duterte Jumat lalu. Dalam kesempatan itu, Trump menyebut perang antinarkoba yang dicanangkan sang presiden dan memantik kecaman dunia tersebut sebagai hal yang sudah benar. ”Metode yang Anda gunakan untuk memberantas narkoba di negara Anda sudah tepat,” kata Trump seperti ditirukan Duterte kemarin.
Selain itu, menurut Duterte, Trump mengundang dirinya untuk singgah di kediaman sang presiden terpilih jika sedang berada di AS. ”Jika saya ada di sana, dia minta dikabari,” kata pemimpin 71 tahun tersebut.
Kabarnya, Trump mengundangnya ke Kota New York dan Washington DC. Duterte, yang beberapa kali mengkritik Obama, optimistis bahwa hubungan AS dan Filipina di era Trump akan jauh lebih baik. (afp/reuters/hep/c11/any/jpnn)