Kincir Sumber Penerangan

Rabu 19-10-2016,13:00 WIB
Reporter : Rajman Azhar
Editor : Rajman Azhar

PINANG BELAPIS,Bengkulu Ekspress - Desa Sungai Lisai yang terletak di sebelah Utara Kabupaten Lebong merupakan desa terisolir. Di desa yang berada dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS) ini tidak ada fasilitas listrik untuk penerangan. Meski begitu, warga setempat tidak kehilangan akal. Tak akar rotan pun jadi. Mungkin pepatah ini tepat untuk menggambarkan warga yang kreatif berinisatif membuat listrik dari kincir air di Desa Sungai Lisai. Berikut laporannya.

Dwi Nopiyanto-Lebong \"Kalau totalnya ada 13 buah kincir di sini. Termasuk di Dusun III Air Putih. Kincir air dengan dinamo 3000 watt ini biasanya bisa menerangi 2 hingga 3 buah rumah,\" ujar Aziz.

Kepala Desa Sungai Lisai, Aziz Mulatif menunjukkan salah satu kicir kepada Bengkulu Ekspress kemarin. Kincir yang dibuat warga itu terbilang sederhana. Perakitannya dengan memanfaatkan satu unit mesin diesel berukuran kecil sebagai penyambung api tenaga. Mesin itu dihubungkan dengan kabel dan besi bulat serta kayu berbentuk roda berukuran besar. Untuk menghindari kincir itu dari hujan dan sengatan sinar matahari, warga melindunginya dengan memasang atap terbuat dari seng.

Meski terbilang sederhana, namun biaya membuat kincir itu terbilang mahal. Satu unit kincir bisa menghabiskan uang Rp 10 juta. Dana itu untuk pembelian dinamo, kabel dan kawan listrik.

Dampaknya hanya warga yang memiliki cukup uang saja mampu membuat kincir itu. Warga yang tidak mampu tidak bisa mendapatkan penerangan listrik. Mereka rata-rata menggunakan lampu teplok.

Beruntung, saat Bengkulu Ekspress mengunjungi Desa Sungai Lisai menumpang di rumah warga yang memiliki fasilitas listrik dari kincir angin itu. Penerangan yang dihasilkan kincir itu tak jauh berbeda dengan listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang kita gunakan sehari-hari. Kincir itu di rumah kepala desa yang ditumpangi BE bisa menghidupkan satu unit televisi LCD, speaker aktif beserta perangkat elektronik lainnya.

\"Ya meski kami hidup dipelosok Lebong, tapi kami tidak mau ketinggalan informasi juga. Kami punya televisi di sini. Jadi bisa untuk nonton berita dan film,\" tutup Aziz.(777)

Tags :
Kategori :

Terkait