\"Kita sudah nyatakan bahwa DBD di Kota Bengkulu tidak lagi kejadian luar biasa,\" kata Kepala Dinkes Kota Bengkulu, Herwan Antoni SKm MKes MSi, Selasa (12/4).
Ia menjelaskan, kasus DBD saat dijadikan KLB beberapa bulan lalu karena rata-rata kasus mencapai 150 per bulan sejak Januari sampai Maret.
\"Bulan April ini kasus DBD sangat turun sekali, di bawah 50. Sehingga status darurat KLB dicabut, walaupun masih terdapat laporan kasus DBD. Namun hanya 1 atau 2 kasus saja laporannya,\" ungkapnya.
Herwan mengungkapkan, merebaknya DBD ini disebabkan siklus puncak perkembangbiakan nyamuk aides agypti, yang terjadi di 7 provinsi di Indonesia termasuk Provinsi Bengkulu. \"Walaupun kondisi sudah stabil, masyarakat harus tetap waspada dan selalu siap. Jangan sampai masyarakat lengah, karena jentik nyamuk dapat saja berkembang biak lagi jika kondisi rumah tidak dijaga kebersihannya,\" imbaunya.
Untuk mengurangi jumlah kasus DBD di Kota Bengkulu, Herwan mengaku, pihaknya melakukan antisipasi sesuai dengan standard operating procedure (SOP), bahwa setiap kasus DBD yang ada akan langsung diberi tindakan fogging.
\"SOP yang ada kita jalankan jika ada kasus DBD, terutama keterangan positif DBD dari rumah sakit (RS) dan adanya permintaan dari kelurah, camat ataupun dari masyarakat. Maka kita langsung respon dengan melakukan fogging,\" ulasnya.
Selain itu, pihaknya juga sudah mempersiapkan penanganan DBD untuk jangka panjang, baik pencegahan, pemantauan maupun meminta kerjasama dengan stack holder.
\"Melalui APBD kita diusulkan untuk upaya promotif dan prefentif. Seperti upaya pencegahan dan upaya pemantauan jentik nyamuk,\" ujarnya.(722)