BENGKULU, bengkuluekspress.com - Setengah penduduk desa tepi laut atau sungai besar adalah perempuan dengan mata pencaharian sebagai nelayan, Petani dan Pembudidayaan. Namun, penduduk pesisir didominasi oleh penduduk miskin. Kemiskinan yang dialami oleh masyarakat dan keluarga nelayan tersebut mengakibatkan penambahan beban dan kerentanan hidup.
Presidium Nasional Kelompok Kepentingan Perempuan Nelayan, Bibik Nurudduja mengatakan, Sekitar 80 persen waktu yang dimiliki oleh perempuan nelayan digunakan untuk melakukan usaha produktif, pemenuhan kebutuhan pangan ,air bersih dan kerja rumah tangga.
\"Masyarakat nelayan khususnya perempuan harus dijadikan prioritas dibidang pendidikan sebab mayoritas nelayan berpendidikan rendah akibatnya kehidupan nelayan sulit berkembang maju,\" katanya disela-sela Dialog publik dengan tema \" RUU Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan Sudahkah Menjamin Keberadaan Perempuan Nelayan\" , Kamis (12/11/2015).
Lanjutnya, bukan hanya persoalan pendidikan saja, masalah seperti kesehatan, lingkungan dan pemukiman, pemenuhan kebutuhan pokok dan ekonomi, kekerasan terhadap perempuan dan anak serta minimnya partisipasi perempuan dalam mengambil keputusan turut mewarnai persoalan kehidupan perempuan nelayan.
\"Karena banyaknya persoalan nelayan khususnya perempuan untuk itu pemerintah dan legislatif harus mengakomodir usulan-usulan diatas dalam proses pembahasan dan pengesahan RUU perlindungan dan pemberdayaan nelayan,\" ujarnya.
Dalam kegiatan Diskusi Publik tersebut tampak hadir, Staf Ahli Komisi VI DPR-RI, Bambang Heriyanto, Presidium Nelayan Wilayah Bengkulu, Kartini Rasyid dan Perwakilan kelompok Nelayan se-Kota Bengkulu. (Dil)