KEPAHIANG, BE - Peristiwa pengeroyokan yang berujung pada aksi penujahan Komisioner KPU Kepahiang Windra Purnawan SP, Polres Kepahiang telah mengamankan sebanyak 4 warga sebagai terduga pelaku. Sayangnya identitas pelaku belum bisa dibeberkan secara langsung oleh Kapolres Kepahiang AKBP Iskandar ZA SIK saat diwawancarai usai membesuk Windra yang dirawat di ruang Cendana I RSUD Kepahiang Selasa (8/9) kemarin. Hanya saja dari informasi yang berkembang di masyarakat sebanyak 4 pelaku ini diantaranya berinisial RP, Zd, Nt dan Bd.
\"Keempat terduga pelaku saat ini memang belum kita tetapkan sebagai tsk, mengingat keempatnya masih menjalani pemeriksaan intensif di
Mapolres. Keempat terduga itu diamankan pada waktu yang berbeda, 1 orang diamankan tidak lama pasca kejadian penyerangan dan penikaman terhadap korban (Windra, red), 2 orang diamankan setelah Magrib dan 1 orang lagi sekitar pukul 21.00 WIB pada hari yang sama,\" ungkap Kapolres.
Selain mengamankan 4 terduga pelaku, lanjut Kapolres, pihaknya juga mengamankan barang bukti berupa 3 unit mobil. Pertama mobnas jenis
Toyota Hilux warna hitam nopol BD 9025 GY milik korban. Dan 2 unit lainnya jenis Toyota Inova dan Avanza masing-masing warna hitam tanpa nopol yang digunakan terduga pelaku saat beraksi.
\"Kita juga sudah mengamankan sebanyak 4 bilah senjata tajam (Sajam) jenis parang dan pedang yang juga diduga milik kawanan pelaku ini,\" jelasnya.
Ditambahkannya, untuk 1 unit yang digunakan terduga pelaku diamankan setelah pihaknya melakukan pengejaran, dimana mobil itu ditemukan di daerah pesawangan desa Tertik Kecamatan Tebat Karai. Diduga kuat mobil tersebut akan dibawa ke daerah Empat Lawang dari jalan desa Tertik tersebut.
\"Kita menduga mobil itu hendak lari ke arah Kabupaten Empat Lawang. Sedangkan 1 unit mobil lagi diamankan di dalam wilayah Kecamatan Kepahiang. Memang sebelumnya kita sempat meminta Plh Bupati mengumpulkan seluruh mobnas di lingkungan Pemkab Kepahiang, dari pengumpulan itu diketahui sekitar 9 mobnas tidak ada,\" ujar Iskandar.
Disinggung apakah peristiwa ini ada kaitannya dengan sengketa Pilkada, Kapolres mengatakan, motif dibalik penyerangan terhadap korban belum bisa dipastikan. \"Sejauh ini kita belum tahu ada kaitannya ke sengketa Pilkada atau tidak, mengingat semuanya masih dalam penyidikan. Yang jelas kalau nantinya penyidikan sudah selesai, maka kamipun akan menyampaikannya,\" tegas Kapolres.
Menurutnya, dari pemeriksaan yang dilakukan, diketahui terduga pelaku dalam peristiwa itu totalnya berjumlah 8 orang, namun yang baru diamankan masih 4 orang. Sementara 4 lainnya yang identitasnya sudah dikantongi masih diburu. \"Di sisi lain korban sendiri saat ini sudah divisum dan menjalani perawatan di RSUD Kepahiang. Tadi (kemarin, red) saat kita besuk, korban hendak istirahat makanya kita tidak lama membesuknya,\" terang Iskandar.
Lebih jauh dikatakannya, terkait peristiwa ini proses hukum pasti terus berlanjut, dan pihaknya berupaya sesegera mungkin merampungkan berkas penyidikan. Hanya saja pihaknya belum bisa membeberkan semuanya saat ini lantaran peristiwa itu masih dalam penyidikan.
\"Pada kesempatan ini kita tetap menghimbau agar masyarakat tetap dapat menjaga ketertiban dan keamanan. Sepanjang pantauan kita di Kabupaten Kepahiang sejuah ini mashi kondusif,\" jelasnya.
Minta Ungkap Tuntas
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Bengkulu melalui Komisioner, Zainan Sagiman SH meminta pihak Polres Kepahiang mengungkap dalang atau aktor intelektual dibalik kasus pembacokan terhadap Komsioner KPU Kepahiang Divisi Perencanaan, Data dan Logistik, Windra Purnawan SP. Ini ditegaskannya saat menjenguk korban penusukan Windra di RSUD Kepahiang kemarin.
\"Kita minta kepada aparat penegak hukum agar mengungkap aktor intelektual dibalik peristiwa ini. Karena secara tidak langsung menurut kita peristiwa ini terjadi karena adanya paslon yang tidak lolos dalam pendaftaran Pilkada di Kepahiang ini,\" tegas Zainan.
Ia menjelaskan bahwa peristiwa semacam ini sebelumnya tak pernah terjadi, terutama di Kepahiang. Karena dari beberapa kali Pilkada di Kepahiang berlangusng aman dan tertib.
\"Di Provinsi Bengkulu, yang agak rawan itu selain Kepahiang, ada juga Mukomuko. Tapi, tidak sampai seperti di Kepahiang. Ini mungkin saja, karena petahana tak bisa maju Pilkada,\" terangnya.
Sementara itu, Ketua KPU Kepahiang, Ujang Irmansyah SP menegaskan bahwa tahapan Pilkada Kepahiang akan terus berjalan dan tidak bakal terhambat. \"Tahapan Pilkada jalan terus, tidak ada yang bisa menghambat. Tugas Windra sebagai Divisi Perencanan, Data dan Logistik kami jalankan secara kolektif kolegial. Artinya jika Windra belum bisa menjalankan tugasnya, maka akan digantikan oleh Komisioner lainnya,\" terangnya.
Disampaikannya, terkait kasus penusukan ini, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada pihak penegak hukum.
\"Kami menyerahkan sepenuhnya penanganan hukum ini kepada Kepolisian dan kami yakin pihak Kepolisian mampu menuntaskan kasus ini,\" jelasnya.
Saat ditanya, pascakejadian ini apakah dirinya merasa terancam atau tidak, mengenai itu dirinya tidak mendapatkan ancaman atau merasa terancam dari pihak manapun. Karena soal pengamanan ini pihaknya sudah menyerahkan sepenuhnya kepada Polres Kepahiang.
\"Merasa terancam tidak dan diancam juga tidak, yang jelas pengamanan ini semuanya sudah kita serahkan dengan pihak keamanan dalam hal ini polisi,\" ujar Ujang.
Selain itu, pihaknya juga berharap sejumlah lapisan masyarakat dan pihak pengamanan serta Pemkab Kepahiang memberikan dukungan kepada pihaknya dalam rangka mensukseskan Pilkada yang akan diselenggarakan pada 9 Desember mendatang.
\"Kita berharap baik masyarakat, pihak keamanan dan Pemkab Kepahiang bisa memberikan dukungan dalam rangka mensukseskan Pilkada yang akan dilaksanakan tersebut,\" demikian Ujang.
Dikawal Ketat
Kasus penujahan yang dialami anggota KPU Kabupaten Kepahiang dijadikan bahan evaluasi bagi Kapolda Bengkulu, Brigjen Pol HM Ghufron untuk meningkatkan keamanan.
Kapolda bahkan mengaku terkejut karena kejadian tersebut tidak diduga, sebab, sebelum kejadian situasi politik di Kabupaten Kepahiang tidak ada tanda-tanda kerusuhan.
Dengan kejadian tersebut, Kapolda akan melakukan pengawalan ketat terdapat penyelenggara Pilkada, KPU provinsi hingga ke KPU kabupaten, Bawaslu dan jajaranya serta peserta Pilkada seperti calon gubernur, calon wakil gubernur, calon bupati dan calon wakil bupati.
\"Kita sudah menempatkan personel disetiap KPU, para petugas itu akan melakukan pengamanan secara melekat terhadap komisionernya, bukan hanya lingkungan kantor KPU. Nah, kejadian Kepahiang terjadi begitu dan korbannya yakin tidak akan terjadi apa-apa. Padahal sebelumnya pengawalan untuk masing-masing komisioner sudah dijalankan, dan komsioner bisa meminta dikawal kapan pun dimanapun. Untuk calon kepala daerah dan wakilnya, masing-masing mendapatkan pengawalan dari 2 orang anggota kepolisian,\" jelasnya.
Menurutnya, personel kepolisian yang sudah ditugaskan di sekretariat penyelenggara masing memiliki tugas yang melekat untuk menjaga keamanan penyelenggaranya. Jika komisioner KPU ingin keluar, personel siap mengamankan, hanya saja sebelumnya disampaikan untuk memita pengawalan.
\"Kejadian di Kepahiang itu membuat kita memperketat pengawalan, tidak menutup kemungkinan personel kepolisian akan mengikuti kemanapun penyelenggara Pilkada tersebut pergi,\" imbuhnya.
Diakuinya, sejak pendaftaran potensi perselihan di Kepahiang sudah muncul dan pihaknya pun sudah melakukan perencanaan dengan matang untuk meredam potensi tersebut. Namun karena sudah terjadi, maka pihaknya berkomitmen untuk mengusut tuntas dan memproses pelakunya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Ketua KPU Provinsi Bengkulu, Irwan Saputra menyampaikan ucapan terimakasih dan apresiasi kepada kepolisian atas pengajaan keamanan yang dilakukannya terhadap penyelenggara dan peserta Pilkada.
\"Sejak tahapan Pilkada dimulai, pengawalan langsung dilekatkan bahkan saya sering dikawal sampai kerumah oleh anggota kepolisian yang ditugaskan di KPU Provinsi Bengkulu. Kedepan saya minta kepada penyelenggara lainnya untuk tidak segan meminta bantuan pengawalan, karena kita tidak bisa menebak apa yang terjadi,\" ujarnya.
Irwan pun mengaku menyelesalkan kejadian premanisme terhadap jajarannya itu, karena sebelumnya pihaknya sudah menganggap bahwa masalah itu selesai. Mengingat saat Panwaslu Kepahiang memutuskan menolak gugatan Nata dan Iwan sebagai bakal calon bupati dan wakil bupati, semuanya sudah sepakat dan menerima keputusan itu. Namun tidak lama berselang hal yang tidak mengenakkan pun terjadi.
\"Kami justru lebih mengkawatirkan di Kaur, karena disana juga ada perselisihan. Namun kami berharap kejadian di Kepahiang adalah yang pertama dan terakhir kali ini, kedepan tidak ada lagi seperti itu,\" tukasnya.(400/505)