\"Pesawat ini sudah disertifikasi lewat proses cukup ketat,\" ungkap Sumarwoto, saat dihubungi. Dia membeber, kalau dalam sejumlah kesempatan telah membuktikan sendiri ketangguhan pesawat tersebut. Termasuk, ketika memang sengaja mematikan dua dari empat mesin yang ada sekalipun, pesawat buatan Amerika Serikat itu tetap bisa terbang dengan baik.
\"Asal di-maintenance dengan baik, pesawat yang kalau tidak salah keluaran 1964 ini masih layak terbang,\" imbuh pilot yang mengawali karir terbangnya dari TNI AU tersebut. Saat disinggung dengan kualitas sistem perawatan yang dimiliki TNI AU, Sumarwoto enggan menjelaskan lebih lanjut. \"Saya sudah lama tidak di sana, setahu saya ketika masih aktif dulu sih terhitung baik,\" elaknya. Begitupun dengan komponen suku cadang. Menurut dia, TNI AU sepatutnya masih memiliki stok yang cukup terkait proses maintenance. Dia menyatakan, seharusnya ada prosedur yang mesti dilewati ketika sebuah pesawat mendapat izin terbang.
\"Tapi ya bagaimanapun juga dalam banyak insiden itu ada faktor human-nya, ada faktor manusianya,\" imbuh pilot yang masih aktif terbang tersebut. Meski tidak serta merta bisa digeneralisir, Jawa Pos sempat ikut merasakan betapa minimnya kondisi pesawat Hercules yang dimiliki TNI AU. Dalam sebuah kesempatan terbang, perasaan miris sempat muncul.
Sejumlah komponen di pesawat yang ditumpangi ketika itu, sudah tidak lagi berfungsi. Salah satunya adalah indikator bahan bakar.
Saat ditanya terkait hal tersebut, sang pilot hanya menyatakan, kalau selama ini menggunakan ilmu perkiraan ketika memperkirakan stok bahan bakar ketika menerbangkan pesawat.
Menurut sang pilot, kapasitas bahan bakar pesawat Hercules itu maksimum bisa untuk terbang selama 9 jam. Artinya, sebelum mencapai 9 jam, pesawat sudah harus mendarat atau kembali ke pangkalan. (owi/dyn)