Kenyataan dialami warga Taba Terunjam membuat, program percepatan swasembada pangan seakan hanya ucapan semata. Karena kondisi dilapangan tidak mencerminkan sebuah usaha untuk mencapai tingkat swasembada. Keadaan tersebut, membuat para petani menjadi korban, yang harus mengadapi kenyataan hasil panen menurus drastis.
Diungkapkan Castim (63), pemilik sepuluh petak sawah di desa setempat, hama wareng dan ulat menyerang pohon padinya hingga menyebabkan padi menguning dan busuk. Sejak satu minggu sebelum panen, akibatnya padi menjadi hampa (Tidak Berisi) dan hasil panenpun berkurang sangat jauh dari keadaan normal. Warga mengharapkan adanya kebijikan pemerintah mengatasi hama pagi tersebut, sehingga dalam menghadapi musim tanam kedua nantinya masyarakat dapat optimis menghasilkan padi sesuai harapan.
\"Kondisi normal selus lahan saya, dapat menghasilkan 150 kaleng beras setiap kali panen, kalau sekarang setengah dari itu saja tidak dapat,\" ungkapCastim.
Dikatakan Castim, serang wereng dan ulat sudah berlangsung sejak tahun lalu, tapi belum ada tindakkan pemberantasan hama dari Distanunak. Akibatnya warga mengalami kegagalan panen, akibat hampir merata pohon padi warga diserang hama memastikan tersebut. \"Kalau sekarang dapat 50 kaleng saja sudah sangat beruntung, sebab kebanyaka warga tidak mencapi sebanyak itu,\" ungkapnya.
Petani lainya, Nurlela mengungkapkan keadaan padi terserang penyakit membuat petani kurang bersemangat pergi kesawah, bahkan hamparan padi menguning dan busuk membuat darah tingginya kambuh karena tidak kuat mengahdapi kenyaataan gagal panen.
\"Saya menangis melihat keadaan seperti ini, modal sudah hasil untuk tanam padi, tetapi hasilnya jauh berkurang,\" ungkapnya. (320)