BENGKULU, BE - Sebanyak 11 ekor itik kemarin dimusnahkan Local Disease Control Center (LDCC) atau pengendali flu burung Bengkulu. Pemusnahan ini dilakukan setelah itik-itik tersebut dinyatakan positif terserang flu burung. Itik-itik tersebut diketahui positif terserang flu burung setelah LDCC mengirim sampel ke Balai Penyidik Penyakit Hewan di Lampung. Pemusnahan itik ini dilakukan sekitar peternakan itik milik Joni Apriadi yang terletak di RT 05 Kelurahan Sukarami.
\"Untuk mengantisipasi virus ini menyebar dan mengenai manusia, maka hari ini kita langsung melakukan pemusnahan,\" ungkap koordinator LDCC Bengkulu drh Emran Kuswadi.
Yang melakukan pemusnahan adalah tiga petugas dari LDCC yang didampingi Koordinator LDCC Emran Kuswadi. Pada saat melakukan pemusnahan ketiga petugas tersebut menggunakan pakaian standar yang ditetapkan yaitu dengan memakai pakaian personel protective equipment (PPE). Tim sampai di lokasi sekitar pukul 10.30 WIB dan langsung mengumpulkan itik-itik yang akan dimusnahkan serta menggali tanah yang akan dijadikan tempat pemusnahan itik. \"Kita sudah menerapkan peroses pemusnahan sesuai dengan standar yang ditetapkan,\" tambah Emran.
Menurut Emran saat mereka mengambil sampel ada 750 ekor anak itik yang mati serta 40 ekor itik dewasa. Namun berdasarkan hasil penelitian hanya anak itik yang terserang flu burung. Dan saat menunggu hasil tes dari Lampung, itik-itik yang tersisa khususnya anak itik satu persatu mengalami kematian sehingga yang tersisa hanya sebelas ekor.
\"Hingga tiga minggu ke depan kita akan terus melakukan koordinasi dengan pemilik itik, untuk melihat perkembangan itik terutama itik dewasa yang tidak kita musnahkan karena negatif flu burung,\" jelas Emran.
Sementara itu Joni Apriadi mengakui jika peternakan ini baru ia geluti satu sekitar satu bulan. Bibit itik ini ia datangkan langsung dari Brebes Jawa Tengah. Meskipun asal itik dewasa dan anak-anak sama, namun saat pengirimannya berbeda. Baik itik dewasa maupun anak itik jumlahnya sama yaitu masing-masing 1000 ekor, dan setiap harinya itik-itik tersebut disemprot desinfektan 2 kali dalam sehari. Berdasarkan perhitungan Joni kerugian yang Ia derita sekitar Rp 8 juta itu yang berasal dari pembelian bibit belum termasuk pakan itik. \"Mungkin ini cobaan pertama saya dalam menjalani usaha peternakan itik ini,\" ungkap Joni.
Menurut Joni itik-itik yang mati tersebut mati secara perlahan namun dalam satu harinya bisa mencapai 50 ekor, dan dari 1000 ekor itik dewasa hingga kemarin sudah mati sebanyak 100 ekor. Dengan adanya pemusnahan ini ia tidak akan meminta ganti rugi kepada siapapun. (cw2)